kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IKAPI desak pemerintah atasi persoalan kenaikan harga kertas


Jumat, 16 Maret 2018 / 20:02 WIB
IKAPI desak pemerintah atasi persoalan kenaikan harga kertas
ILUSTRASI. Buku-buku Kompas Gramedia


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikatan Penerbit Buku Indonesia (IKAPI) mendesak pemerintah untuk mengatasi kelangkaan bahan baku kertas di Indonesia. Jika persoalan ini terus berlanjut dan harga kertas semakin mahal, dikhawatirkan usaha percetakan akan mandek.

“Masalah ini terus berulang setiap tahun, maka pemerintah harus mengatasinya. Jika tidak akan membuat penerbit kelimpungan untuk mencetak. Salah satunya mencetak buku pelajaran kurikulum 2013,” kata Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina ketika dihubungi Kontan.co.id (16/3).

Terkait kenaikan harga kertas, tahun lalu sempat ada pertemuan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), IKAPI dan produsen kertas. Namun, pertemuan itu tidak menemukan jalan keluar karena produsen kertas mengaku kewalahan memenuhi kebutuhan ekspor.

“Perusahaan kertas itu juga mengaku terbatasnya persediaan kertas karena tidak ada perencanaan dan prioritas. Tapi untuk ekspor, sebenarnya itu adalah program pemerintah untuk meningkatkan ekspor,” kata dia.

Oleh karenanya, diperlukan peran serta dari Kemperin dan Kemdikbud untuk menyelesaikan masalah ini. Terutama dalam penyediaan bahan baku kertas serta penentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) kertas yang adil.

Beberapa bulan terakhir harga bahan baku kertas melonjak naik menjadi Rp 15.000 per kg, lebih tinggi dari harga perkiraan Kemdikbud dan Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI). Sebelumnya harga berada di kisaran angka Rp 12.000 – Rp 13.000 per kg.

“Harganya segitu, tetapi ke depan harganya bisa naik sekitar Rp 17.000 per kg,” katanya.

Akibat kenaikan harga bahan baku kertas tersebut, perusahaan percetakan menjadi kelimpungan dan terpaksa menaikkan harga buku di pasaran. Di sisi lain, ada penerbit yang menunda percetakan sampai harga normal atau menyesuaikan harga pasar.

Selain itu, demi menekan biaya produksi, penerbit sengaja mencetak buku dengan oplah yang lebih besar dibandingkan biasanya. Adapula, penerbit yang menurunkan kualitas kertas yang lebih murah.

“Jadi misalnya mencetak 80 halaman, tidak mungkin dipotong menjadi 60 halaman. Penerbit bisa mengedit tulisannya menjadi sedikit, mengurangi ukuruan kertas atau mengganti jenisnya tetapi pengaruh terhadap kualitasnya,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×