Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Impor bibit induk ayam potong atau yang lebih beken dengan nama grand parent stock (GPS) terus meningkat. Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) memperkirakan impor GPS di tahun depan mencapai 680.000 ekor. Jumlah ini meningkat 4,62% dibandingkan volume impor tahun ini. Sampai akhir tahun ini, GPPU memproyeksikan impor bibit indukan ayam potong mencapai 650.000 ekor.
Mengutip data GPPU, periode Januari hingga November, realisasi impor bibit indukan ayam potong sudah mencapai 574.932 ekor.
Setidaknya ada 13 perusahaan yang melakukan impor bibit indukan ayam tersebut. Mereka, antara lain Japfa, Charoen Pokphand, Cipendawa, Hybro Indonesia, dan Cibadak Indah Sari Farm. Negara asal impor indukan ayam tersebut adalah Amerika Serikat dan Inggris.
Chandra Gunawan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) mengatakan, tingginya volume impor bibit indukan ayam potong lantaran industri peternakan unggas terus berkembang seiring dengan peningkatan konsumsi daging ayam.
Mahalnya harga daging sapi di tingkat eceran membuat konsumen untuk beralih ke daging lainnya. Sebagai perbandingan, harga daging masih bertahan di kisaran Rp 90.000-an per kilogram (kg). Sementara, harga daging ayam hanya sekitar Rp 30.000-an per kg.
Tahun ini konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia tercatat mencapai 8,08 kg per kapita per tahun, atau naik 15,9% dibandingkan tahun lalu yang hanya 6,97 kg per kapita per tahun
"Pertumbuhan produksi di final stock menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi setiap tahunnya," ujar Chandra kepada KONTAN, Rabu (27/11).
Sekadar informasi, setiap satu GPS bisa menghasilkan kurang lebih 40 ayam parent stock (PS) yang akan menghasilkan day old chicken (DOC).
Berdasarkan perhitungan sementara GPPU produksi anakan ayam umur sehari atau DOC tahun ini akan mencapai 2,1 miliar ekor atau tumbuh 16,86% dibandingkan tahun lalu sebanyak 1,8 miliar.
Tahun lalu, produksi rata-rata DOC sebanyak 35 juta ekor per minggu. Di tahun ini, perkiraan produksi rata-rata DOC mengalami kenaikan hingga 45 juta ekor per minggu.
Sementara, untuk produksi ayam hidup (live bird) sepanjang 2013 diperkirakan mencapai 2,15 miliar ekor. Di tahun lalu, produksi ayam hidup sebesar 2 miliar ekor.
Impor parent stock
Selain mengimpor bibit indukan ayam, di tahun ini, Indonesia juga membuka kran impor indukan ayam atawa PS. Pada periode Januari sampai November tahun ini, impor indukan ayam sudah mencapai 81.153 ekor.
Di akhir tahun, Chandra memproyeksikan impor indukan ayam bisa mencapai 100.000 ekor.
Menurut Chandra, importansi indukan ayam disebabkan oleh seretnya suplai dari produsen di dalam negeri. Fenomena kekurangan suplai indukan ayam adalah siklus dua tahunan. Di tahun 2010, impor ayam indukan ayam hanya 80.000 ekor. Pada 2011, impor ayam indukan terbang menjadi 600.000 ekor. Tahun lalu tidak ada impor ayam indukan. Sehingga, tahun ini harus ada impor.
Tahun ini, kebutuhan indukan ayam mencapai 21 juta ekor, atau meningkat dibandingkan tahun lalu sekitar 18,6 juta ekor. Di tahun depan, kebutuhan indukan ayam naik menjadi 22 juta ekor.
Untuk harga indukan ayam impor lebih mahal ketimbang lokal. Jika harga indukan ayam impor dipatok di kisaran Rp 50.000 per ekor, maka harga indukan ayam lokal hanya Rp 30.000 per ekor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News