Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memproyeksikan impor gandum untuk kebutuhan konsumsi tahun ini diprediksi naik sekitar 5% hingga 6% dari tahun lalu. Pada tahun 2016 impor gandum untuk kebutuhan konsumsi berdasarkan Data Pusat Statistik (BPS) sebesar 8,3 juta ton.
Bila kenaikan impor gandum mencapai 5% atau 6% maka total impor gandum tahun 2017 diperkirakan mencapai sekitar 8,71 juta ton hingga 8,79 juta ton.
Ketua Umum Aptindo Franciscus Welirang (Franky) mengatakan kenaikan impor gandum konsumsi seturut dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk berbahan dasar gandum.
Kenaikan itu rata-rata sebesar 5% hingga 6% setiap tahunnya. Kenaikan tersebut dinilai masih dalam tahap wajar. "Sekitar 50% pasokan gandum diimpor dari Australia karena lebih dekat," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Menurut Franky, selain Australia, gandum juga diimpor dari Kanada, Amerika Serikat (AS), Argentina, Brasil, Rusia dan sejumlah negara lainnya. Impor dari negara lain ini dinilai Franky tetap penting meskipun jarak dari segi wilayah jauh dari Indonesia. Sebab ketergantungan pada satu negara tujuan impor rawan mengalami risiko. Selain itu, jenis dan kualitas gandum yang diimpor juga berbeda-beda sehingga setiap industri mengimpor berdasarkan kebutuhan mereka.
Sementara itu, untuk impor gandum khusus pakan ternak, Frangky bilang pada tahun lalu melonjak drastis mencapai 2,2 juta ton. Padahal pada tahun 2015 impor gandum untuk pakan ternak tidak ada. Sehingga menurut data BPS total impor gandum baik konsumsi maupun pakan ternak pada tahun 2016 mencapai sebesar 10,5 juta ton atau senilai US$ 2,4 juta. Melonjaknya impor gandum untuk pakan ternak secara tiba-tiba terjadi karena Kementerian Pertanian (Kemtan) secara lisan melarang adanya impor jagung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News