kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Libur Sekolah Gagal Tarik Wisatawan, Okupansi Hotel Tetap Stagnan


Jumat, 11 Juli 2025 / 18:57 WIB
Libur Sekolah Gagal Tarik Wisatawan, Okupansi Hotel Tetap Stagnan
ILUSTRASI. Musim libur sekolah tahun ini belum mampu mendorong peningkatan signifikan terhadap tingkat hunian hotel maupun kunjungan destinasi wisata. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/tom.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Musim libur sekolah tahun ini belum mampu mendorong peningkatan signifikan terhadap tingkat hunian hotel maupun kunjungan destinasi wisata.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, menilai tren okupansi masih stagnan.

“Kalau libur sekolah itu tidak terlalu berdampak. Boleh dibilang sama saja seperti hari biasa. Yang biasanya berdampak signifikan itu kalau long weekend, karena orang tua juga libur,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (11/7).

Menurut Hariyadi, daya tarik long weekend jauh lebih kuat dalam mendorong mobilitas wisatawan dibandingkan masa libur sekolah. Hal ini disebabkan libur sekolah hanya dinikmati oleh siswa, sementara sebagian besar orang tua tetap bekerja seperti biasa.

Baca Juga: Industri Hotel dan Restoran di Jakarta Menghadapi Tekanan, PHRI Beberkan Penyebabnya

Tak hanya dari sisi perhotelan, sektor pariwisata secara umum juga mengalami tren penurunan. Hariyadi, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), menilai bahwa kondisi ekonomi yang lesu menjadi faktor utama melemahnya minat masyarakat untuk berwisata.

“Secara umum menurun. Bukan hanya sektor pariwisata, sektor lain juga penjualannya turun. Daya beli memang menurun, itu salah satu faktor utamanya,” paparnya.

Ia juga menyoroti kebijakan Gubernur Jawa Barat saat itu, Dedi Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour bagi sekolah-sekolah negeri. Kebijakan ini kemudian diikuti oleh sejumlah daerah lain, yang menurutnya turut berkontribusi pada penurunan kunjungan wisata, khususnya dari segmen pelajar.

“Yang swasta masih ada, tapi sekolah negeri dilarang studi tour. Bahkan kebijakan ini diikuti oleh beberapa daerah, seperti Sumatera Selatan. Itu juga pengaruh,” kata Hariyadi.

Ia juga menilai bahwa berbagai stimulus yang diberikan pemerintah, termasuk di sektor transportasi, belum mampu memberikan dampak positif terhadap kunjungan wisata. Bahkan, menurutnya, promosi di media massa pun tidak banyak membantu.

“Stimulus itu nggak terlalu berpengaruh. Kalau kita ambil rata-rata di luar long weekend, ya tetap menurun. Media juga nggak berdampak banyak,” ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah Dorong Investasi Hotel dan Restoran, Atasi Hambatan Perizinan

Terkait prospek hingga akhir tahun, Hariyadi pesimistis akan terjadi pemulihan signifikan jika kondisi ekonomi tidak berubah. Ia memproyeksikan kinerja industri pariwisata sepanjang 2025 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

“Kalau nggak ada perubahan ekonomi, ya mungkin akan lebih turun dari tahun lalu. Tahun ini kan banyak pemotongan anggaran, PHK, dan sebagainya. Itu sangat berpengaruh,” jelasnya.

Hariyadi menekankan bahwa pariwisata bukanlah sektor kebutuhan pokok, sehingga sangat bergantung pada kekuatan ekonomi masyarakat. Berbeda dengan sektor makanan atau kebutuhan dasar lainnya, pariwisata mudah ditinggalkan saat kondisi keuangan masyarakat menurun.

“Pariwisata itu mengikuti pertumbuhan ekonomi. Kalau ekonomi lesu, ya susah. Karena ini bukan kebutuhan utama,” tegasnya.

Selanjutnya: Bitcoin Cetak Rekor Baru, Masih Menarik Jadi Pilihan Investasi?

Menarik Dibaca: Permintaan Magang Tinggi, BINUS-ASO Sering Kehabisan Mahasiswa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×