kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.105.000   12.000   0,57%
  • USD/IDR 16.445   10,00   0,06%
  • IDX 7.958   20,58   0,26%
  • KOMPAS100 1.114   3,04   0,27%
  • LQ45 807   -1,86   -0,23%
  • ISSI 274   1,94   0,72%
  • IDX30 419   -0,43   -0,10%
  • IDXHIDIV20 486   -0,13   -0,03%
  • IDX80 122   -0,29   -0,24%
  • IDXV30 132   -0,91   -0,68%
  • IDXQ30 136   0,08   0,06%

Permintaan Naik, Produksi Tahu-Tempe Diperkirakan Tumbuh 10%


Selasa, 16 September 2025 / 17:54 WIB
Permintaan Naik, Produksi Tahu-Tempe Diperkirakan Tumbuh 10%
ILUSTRASI. Pekerja membuat olahan kacang kedelai menjadi penganan Tahu di pabrik pembuatan Tahu di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis. Foto Masuk : Kamis 130307. Industri tahu dan tempe nasional berpotensi tumbuh lebih dari 10% tahun ini seiring meningkatnya konsumsi masyarakat.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri tahu dan tempe nasional berpotensi tumbuh lebih dari 10% tahun ini seiring meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan berbasis kedelai. 

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin menyebut tahu dan tempe kian menjadi pilihan utama sumber protein alternatif, di tengah kenaikan harga bahan pangan pokok lain seperti beras dan daging. 

“Dengan harga daging yang sampai Rp 120.000 per kilogram, sementara tahu dan tempe hanya Rp 10.000–Rp 14.000 per potong, masyarakat banyak yang beralih. Dengan harga yang murah, kandungan gizinya tak kalah,” papar Aip kepada Kontan, Selasa (16/9/2025). 

Baca Juga: Harga Kedelai Dunia Dekati Level Terendah 1 Bulan, Ini Penyebabnya

Ia membeberkan bahwa kebutuhan kedelai untuk industri tahu dan tempe di Indonesia saat ini mencapai sekitar 3,3 juta sampai 3,4 juta ton per tahun. Namun, pasokan kedelai domestik hanya mampu memenuhi 300.000–400.000 ton per tahun, atau kurang dari 15% kebutuhan.

Sisanya dipenuhi melalui impor, terutama dari Amerika Serikat (AS) yang menguasai hampir 90% impor. Dengan dominasinya saat ini, Aip memandang positif komitmen impor kedelai dari AS yang menjadi bagian dari negosiasi tarif resiprokal. 

Pasalnya, kualitas kedelai asal AS lebih baik dan standarnya konsisten. “Ukuran dan kualitasnya stabil, sehingga lebih mudah diolah menjadi tempe dan tahu. Sementara kedelai dari Brazil dan Argentina kadang bervariasi kualitasnya,” jelasnya.

Pun, produksi kedelai lokal masih sulit terdongkrak. Menurut Aip, rendahnya produktivitas menjadi masalah utama. Dengan perhitungan sederhana, hasil panen kedelai hanya menghasilkan Rp 20 juta per hektar untuk masa tanam 100 hari, sementara komoditas lain, padi misalnya, bisa menghasilkan Rp 60 juta untuk periode yang sama.

Dus, produktivitas kedelai lokal hanya kisaran 1,5–2 ton per hektar, jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas di AS yang bisa mencapai 4–5 ton per hektar. 

“Petani lebih memilih menanam padi atau jagung karena hasilnya lebih besar. Kedelai biasanya hanya jadi tanaman selingan untuk memperbaiki kualitas tanah setelah ditanami padi,” jelas Aip..

Padahal, kedelai lokal memiliki nilai tambah tersendiri. Misalnya, tahu Sumedang yang terkenal menggunakan kedelai lokal, rasanya lebih khas dibandingkan yang menggunakan kedelai impor. Namun, keterbatasan pasokan membuat industri tahu-tempe lebih banyak mengandalkan kedelai impor.

Soal kemandirian pasokan ini jugalah yang menurutnya jadi masalah tantangan utama industri tahu-tempe. Keterbatasan bibit unggul, rendahnya produktivitas, dan preferensi petani menjadi hambatan yang belum terpecahkan.

Meski demikian, saat ini industri menikmati momentum pertumbuhan permintaan tahu dan tempe di tengah daya beli yang menurun akibat inflasi pangan. 

Baca Juga: Soal Wacana Penambahan Impor Kedelai dari AS, Akindo: Tak Ada Masalah

Selanjutnya: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (17/9) di Jabodetabek, Hujan Sangat Lebat di Sini

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (17/9) di Jabodetabek, Hujan Sangat Lebat di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×