kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,27   -23,45   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor kedelai dibatasi, gejolak pangan bisa muncul


Kamis, 14 Juli 2016 / 16:51 WIB
Impor kedelai dibatasi, gejolak pangan bisa muncul


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah mulai mengendalikan impor sejumlah komoditas dari luar negeri. Setelah impor jagung dibatasi, kini giliran kedelai yang akan dibatasi impornya. 

Pembatasan impor kedelai itu semakin santer terdengar, pasca terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48 tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 25 Mei 2016 lalu.

Dalam perpres ini, Perum Bulog memiliki kewenangan baru untuk menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen dan produsen khususnya untuk tiga jenis komoditi yakni padi, jagung dan kedelai (pajale). 

Ke depan, Perum Bulog akan menjadi satu-satunya BUMN yang melakukan impor pajale. Kebijakan baru ini menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan importir, khususnya importir kedelai.

Yusan, Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) mengatakan, selama ini harga kedelai impor stabil di kisaran Rp 6.500 per kilogram (kg) di gudang importir. 

Ia mengatakan, selama 15 tahun, para importir konsisten untuk menjaga harga kedelai tidak bergejolak. Karena itu, ia khawatir, bila pemerintah melakukan intervensi pada impor kedelai dan menyerahkannya kepada Perum Bulog akan merusak tatanan pasar.

"Pemerintah harus perlu mempertimbangkan dengan cermat, agar para pengrajin bisa berproduksi dengan baik seperti yang terjadi sekarang," ujar Yusan kepada KONTAN, Kamis (14/7).

Yusan mejelaskan, tanaman kedelai berbeda dengan jagung dan padi. Kedelai merupakan tanaman yang bertumbuh maksimal di wilayah subtropis seperti Amerika Serikat dan Amerika Latin. 

Dia bilang, saat ini rata-rata kebutuhan kedelai impor per bulan mencapai sekitar 150.000 ton hingga 200.000 ton atau mencapai 1,8 juta ton per tahun. 

"Kalau kedelai lokal menurut catatan kami hanya sekitar 200.000 ton per tahun produksinya," tambahnya.

Angka produksi kedelai lokal versi Akindo ini berbeda dengan versi Kementerian Pertanian (Kemtan) yang mencapai 900.000 ton per tahun. 

Ia mengatakan, saat ini sentra produksi kedelai lokal masih berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×