kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor Masih Tinggi, Pemerintah Didesak Tingkatkan Produksi Kakao Lokal


Kamis, 14 September 2023 / 15:48 WIB
Impor Masih Tinggi, Pemerintah Didesak Tingkatkan Produksi Kakao Lokal
ILUSTRASI. Salah satu sentra perkebunan kakao Pulau Celebes ada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Lokasinya ada di sebelah Utara Teluk Bone. Jarak Luwu Timur ke Makassar kurang lebih 557,8 kilometer (km). Jika ditempuh dengan perjalanan darat, butuh waktu sekitar 10 jam. Impor Masih Tinggi, Pemerintah Didesak Tingkatkan Produksi Kakao Lokal


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah diminta meningkatkan produksi kakao lokal. Hal ini karena pemenuhan kakao untuk dalam negeri masih didominasi kakao produk impor.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika mengatakan, industri kakao perlu didukung dengan pasokan bahan baku lokal. Putu mengakui, pada tahun 2014, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 70% dan sisanya 30% bahan baku dari impor.

Namun, tren itu menurun, tercatat pada tahun 2021, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 37% dan 63% bahan baku dari impor.

Baca Juga: Forum Bisnis dan Investasi Berbasis Alam Jaring Sejumlah Komitmen Kerjasama

Meski begitu, Putu mengakui saat ini mulai membaik. Tercatat, pada tahun 2022, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 45% dan 55% bahan baku berasal dari impor.

"Dengan tata kelola, asosiasi dan lain lain, saya yakin sekali bahwa kita akan mempunyai suatu pertumbuhan penyiapan ketersediaan bahan bakunya," ujar Putu dalam konferensi pers Indonesia International Cocoa Conference, Kamis (14/9).

Ketua Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah mengatakan, penurunan produksi kakao disebabkan sejumlah hal. Di antaranya serangan hama dan usia tanaman kakao yang sudah tua.

Menurut Soetanto, mayoritas tanaman kakao yang saat ini ada di Indonesia ditanam pada sekitar tahun 1980. Padahal umur ekonomis puncak produksi tanaman kakao adalah 10 tahun - 15 tahun. Setelah tanaman berusia 15 tahun - 20 tahun, produksinya sudah mulai turun.

Baca Juga: Panen Raya & Ekspor Buah Mangga, Mendag Zulkifli: Komoditas Andalan Sumber Devisa

"Ini terlambat kita untuk mempermuda kembali," ungkap Soetanto.

Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Piter Jasman meminta pemerintah fokus pada sektor hulu. Yakni membantu petani kakao meningkatkan produksi. Sehingga Indonesia dapat mengurangi keluarnya devisa dan dapat memenuhi kebutuhan kakao nasional.

"Kalau tidak salah tiap tahun kita mengimpor hampir US$ 600 juta (bahan baku kakao)," ucap Piter.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto mengatakan, diperlukan komitmen bersama para pemangku kepentingan untuk bekerjasama dalam meningkatkan produktivitas kakao dan kesejahteraan petani. 

Baca Juga: Sistem pembayaran digital akan memberi nilai tambah pada petani kakao

"Sehingga berapapun yang akan diproduksi itu pasti akan diserap oleh industri," ucap Arief.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kakao, Arif Zamroni mengatakan, Kementerian Pertanian mesti berperan dalam peningkatan produksi kakao, Kementerian Perindustrian perlu mengelola sektor tengah dan Kementerian Perdagangan perlu memperhatikan kinerja perdagangan kakao.

Selain itu, tantangan implementasi program peningkatan produksi di tingkat daerah.  "Mengcombine, mengakselerasi, mengharmonisasi itu yang sekarang sampai hari ini belum berhasil," ujar Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×