kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Incar Pendapatan Rp 254 Miliar, Begini Strategi Intikeramik Alamsari Industri (IKAI)


Rabu, 07 September 2022 / 17:17 WIB
Incar Pendapatan Rp 254 Miliar, Begini Strategi Intikeramik Alamsari Industri (IKAI)


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk (IKAI) punya ambisi untuk mencapai pendapatan sebesar Rp 254,8 miliar. Intikeramik Alamsari Industri pun menjalankan sejumlah strategi yang hasilnya sudah mulai nampak hingga semester I-2022.

Perusahaan yang bergerak di bisnis manufaktur keramik serta perhotelan ini telah mencatatkan pertumbuhan selama semester I-2022. Merujuk laporan keuangan semester I-2022, pendapatan IKAI tercatat tumbuh 22,30% secara tahunan menjadi Rp 108,81 miliar.

Pendapatan tersebut masih ditopang oleh pendapatan keramik sebesar Rp 73,17 miliar. Kemudian disusul pendapatan hotel yang berkontribusi Rp 35,63 miliar dari total pendapatan perusahaan selama enam bulan pertama 2022.

Direktur Utama Intikeramik Alamsari Industri Teuku Johas Raffli menuturkan, pertumbuhan pendapatan konsolidasian perusahaan salah satunya didukung lewat ekspansi anak usahanya, PT Internusa Keramik Alam Asri, yang melakukan peningkatan kapasitas dengan menambah line produksi dengan maksimal kapasitas sebesar 70.000 m2 per bulan.

Baca Juga: Tingkatkan Penetrasi Pasar, Intikeramik Alamasri Industri (IKAI) Buka Showroom Baru

"Kapasitas produksi dapat mencapai 1,5 juta m2 per tahun pada akhir tahun 2022 mendatang," tutur Johas, dalam Paparan Publik Virtual, Rabu (7/9).

Selain penambahan line produksi, IKAI juga melakukan sejumlah perbaikan struktural untuk memaksimalkan penjualan keramik dengan merek Essenza tersebut.

Di tahun 2022 ini, pihaknya memperluas channel market distribution pada seluruh segmen penjualan, dari semula 13 provinsi di tahun lalu, menjadi tersebar di 28 provinsi hingga semester I-2022.

"Penjualan produk dengan brand Essenza mendapatkan perluasan channel atau distribusi pada seluruh segmen penjualan meningkat 43% dari total sebaran 13 provinsi di tahun lalu menjadi 28 provinsi di seluruh Indonesia pada 2022," tambah Direktur Operasional & Kepatuhan Intikeramik Alamsari Industri Erwan Dwiyansyah.

Tak hanya di lini bisnis keramik, IKAI juga melakukan sejumlah pengembangan pada lini bisnis hotelnya. Untuk diketahui, sampai saat ini perseroan memiliki tiga portofolio hotel, yakni Hotel Swissbel Bogor, Hotel Swissbel-Inn Medan, dan Hotel Saka.

 

Erwan menjelaskan, pihaknya berupaya untuk memaksimalkan seluruh ruang yang ada di hotel untuk menambah ceruk pendapatan baru. Contohnya, pada Mei 2022 lalu, IKAI melakukan penambahan empat ruang meeting dan satu outlet outdoor restoran di Hotel Saka.

"Pada Mei 2022 Hotel Saka melakukan penambahan empat ruang meeting, dengan komposisi satu ruang meeting besar berkapasitas kapsaitas 200 orang, dan tiga ruang meeting berkapasitas 15 orang-50 orang. Hotel Saka juga menambah satu outlet outdoor restoran dengan kapasitas 50 orang-70 orang," jelas dia.

Selain itu, pada Juni 2022 lalu IKAI juga menambah fasilitas spa di Hotel Swissbel Bogor untuk memaksimalkan pendapatan lain dari bisnis hotel di sisa tahun ini.

Baca Juga: Intip Strategi Bisnis Intikeramik Alamsri (IKAI) di Tahun Depan

Dengan sejumlah aktivitas pengembangan yang dilakukan, perseroan pun optimistis dapat mencapai kinerja yang lebih baik hingga akhir tahun nanti. Pihaknya menyiapkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar Rp 20 miliar, yang salah satunya digunakan sebagai modal meningkatkan kemampuan produksi keramik untuk saat ini maupun di tahun-tahun yang akan mendatang.

Sekedar informasi, di sepanjang semester I-2022 IKAI tercatat membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 27,35 miliar. Angka ini menurun dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 32,13 miliar.

"Walaupun dalam pencatatan perusahaan masih membukukan rugi, akan tetapi kerugian ini disebabkan oleh kewajiban pencatatan atas aktivitas non cash perusahaan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×