Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mempertahankan perkiraan pasar semen domestik akan tumbuh 2% di tahun 2023.
Corporate Secretary Indocement Dani Handajani mengatakan, dibandingkan tahun lalu, volume semen domestik memiliki kinerja lebih lemah dalam empat bulan pertama tahun 2023. Namun, permintaan mulai membaik di bulan Mei. INTP meyakini permintaan ini akan berlanjut hingga akhir tahun.
Sebagai kilas balik, pada semester kedua tahun 2022, melemahnya permintaan produk semen kantong tercatat karena pelaku industri semen telah beberapa kali menaikkan harga semen kantong akibat tingginya harga batubara dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
“Selain itu, cuaca kering yang diantisipasi pada bulan-bulan mendatang akan mendukung laju aktivitas konstruksi yang lebih cepat pada proyek infrastruktur dan komersial, termasuk mendorong konsumsi produk kantong yang lebih tinggi dari proyek perumahan dan proyek yang lebih kecil,” kata Dani.
Baca Juga: Semester I/2023, Indocement (INTP) Catatkan Penjualan 8,36 Juta Ton Semen dan Klinker
Sepanjang semester pertama 2023, INTP membukukan keseluruhan volume penjualan (semen dan klinker) sebesar 8,36 juta ton. Realisasi ini lebih tinggi 673.000 ton atau tumbuh 8,8% dari volume penjualan di semester pertama 2022.
Mengutip laporan operasional, Jumat (4/8), volume penjualan semen domestik tercatat sebesar 8,06 juta ton, lebih tinggi 539.000 ton atau tumbuh 7,2% dari semester pertama 2022. Pertumbuhan tersebut terutama dikontribusikan oleh operasional pabrik baru di Maros yang disewa oleh INTP sejak kuartal IV-2022.
Adapun penjualan ekspor mencapai 299.000 ton atau melesat 81,4% secara year-on-year (YoY), yang sebagian besar berasal dari pengiriman klinker ke Bangladesh dan Brunei Darussalam
Pangsa pasar keseluruhan meningkat dari 24,7% menjadi 27,4%. Pangsa pasar di luar Jawa meningkat secara substansial dari 14,5% menjadi 20,6% sementara keseluruhan Jawa relatif stabil di 33,9%
Pada periode ini, INTP membukukan pendapatan neto sebesar Rp 7 ,97 triliun atau lebih tinggi 15,3% secara year-on-year (YoY) akibat dari kenaikan volume dan harga penjualan.
Namun, beban pokok pendapatan naik 7,7% menjadi Rp 5,53 triliun, terutama karena kenaikan biaya bahan baku dan biaya overhead manufaktur. Namun, INTP mendapatkan manfaat yang signifikan dari harga batubara yang lebih rendah di tahun ini yang diimbangi oleh depresiasi Rupiah terhadap dolar AS. Alhasil, margin laba bruto meningkat dari 25,6% menjadi 30,5% pada semester-I 2023.
Beban usaha naik 6,1% menjadi Rp 1,5 triliun yang berasal dari biaya pengiriman keseluruhan yang sejalan dengan volume penjualan yang lebih tinggi dan kenaikan biaya tenaga kerja secara umum.
INTP juga mencatat kenaikan sebesar 72,1% dari pos pendapatan keuangan neto menjadi Rp 44,0 miliar yang disebabkan oleh suku bunga yang lebih tinggi seiring kebijakan Bank Indonesia yang telah menaikkan suku bunga secara bertahap sejak tahun lalu.
Dus, laba periode berjalan INTP meningkat 139,6% dari sebelumnya hanya Rp 291,5 miliar menjadi Rp 698,4 miliar pada enam bulan pertama 2023.
Baca Juga: Volume Penjualan Indocement (INTP) Naik 4% di Semester I-2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News