Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
Walau menyebut tingkat akurasi dari tes ini di kisaran 90%-93%, Arief tetap menyarankan, pasien tetap harus melanjutkan dengan swab test agar hasilnya lebih akurat. Mengingat, alat ini fungsinya sama seperti rapid test yakni screening awal saja.
Arief mengklaim harga untuk tes akan lebih murah dibandingkan rapid test Covid-19 seperti biasanya.
Saat ini Indofarma tengah menunggu Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang akan rampung di akhir bulan ini. INAF menargetkan, awal Oktober 2020 sudah bisa melakukan distribusi karena saat ini masih menunggu izin dari berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan.
Pada tahap awal, INAF akan mengimpor full set laser screeening test yang terdiri dari software, komputer, laser, kamera, dan lainnya. Namun, banyaknya unit yang akan diimpor belum bisa dipaparkan Arief lantaran perusahaan farmasi ini masih harus menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Baca Juga: Begini persiapan industri farmasi dalam negeri untuk distribusikan vaksin corona
Dia juga belum bisa memerinci anggaran yang harus dikeluarkan karena kebutuhan impor masih dihitung. Namun yang pasti INAF akan menggunakan anggaran dari belanja modal untuk impor.
Lantas untuk prioritas distribusi, alat ini akan banyak di distribusi ke sektor transportasi karena tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Di sisi lain, distribusi juga akan diutamakan ke layanan kesehatan seperti ke puskesmas dan rumah sakit yang membutuhkan alat untuk tes cepat.
Untuk jangka panjang, INAF pun berniat mengembangkan produk ini dengan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan menggunakan alat yang sudah bisa diproduksi di Indonesia seperti kamera, komputer, dan komponen lainnya.
Selanjutnya: Begini kesiapan INAF dan KAEF distribusikan vaksin corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News