Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Nah, Hertaz ini digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium awal HER2- positive, kanker payudara metastase dengan HER2-positive dan kanker lambung metastase dan akan tersedia dalam dosis 440 mg. Penggunaan obat ini bisa mengefisiensikan kemotrapi agar sedikit efek samping dan mempercepat proses penyembuhan.
Baca Juga: Pimpin pangsa pasar obat batuk di Afghanistan, Indofarma (INAF) perkuat ekspor
Adapun Hertaz telah mendapatkan izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi (Peraboi) Indonesia, Walta Gautama menjelaskan awal muncul obat Trastuzumab harganya kurang lebih Rp 21 juta yang harus dikonsumsi 18 kali dalam setahun. Obat ini dikonsumsi untuk menambah survival (kondisi mempertahankan hidup) selama 8,5 bulan.
"Namun dengan adanya teknologi biosimilar yang bisa menghasilkan obat dengan kemiripan struktur dan manfaat yang sama dengan obat originalnya, harga jual obat bisa lebih murah karena tidak ada biaya riset," ujarnya.
Adapun dengan adanya produk biosimilar semakin banyak masuk di indonesia, Walta menyatakan sehingga punya pilihan yang lebih banyak.
Baca Juga: Gandeng Eijkman, Bio Farma Berniat Kembangkan Vaksin Penangkal Corona