Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan farmasi global, Mylan bersama PT Indofarma Tbk (INAF) meluncurkan obat biosimilar untuk kanker payudara dengan bahan aktif Trastuzumab pertama di dunia.
Produk ini akan dipasarkan oleh Indofarma dengan nama Hertaz. Adapun obat kanker ini diklaim harganya lebih murah dibandingkan obat biosimilar lainnya.
Baca Juga: Bangun industri alat kesehatan, Indofarma (INAF) fokus penuhi pasar domestik
Asal tahu saja urgensi pembuatan obat kanker payudara yang lebih ekonomis karena melihat tingkat prevelensi kanker payudara di Indonesia yang semakin besar. Ditambah BPJS tidak lagi menjamin obat kanker payudara Trastuzumab atau Herceptin.
Melansir data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian tertinggi penyakit kanker untuk perempuan adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Adapun menurut World Health Organization, lebih dari 58.000 kasus baru kanker payudara dalam setahun dilaporkan di Indonesia pada 2018.
Nah, Hertaz ini digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium awal HER2- positive, kanker payudara metastase dengan HER2-positive dan kanker lambung metastase dan akan tersedia dalam dosis 440 mg. Penggunaan obat ini bisa mengefisiensikan kemotrapi agar sedikit efek samping dan mempercepat proses penyembuhan.
Baca Juga: Pimpin pangsa pasar obat batuk di Afghanistan, Indofarma (INAF) perkuat ekspor
Adapun Hertaz telah mendapatkan izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi (Peraboi) Indonesia, Walta Gautama menjelaskan awal muncul obat Trastuzumab harganya kurang lebih Rp 21 juta yang harus dikonsumsi 18 kali dalam setahun. Obat ini dikonsumsi untuk menambah survival (kondisi mempertahankan hidup) selama 8,5 bulan.
"Namun dengan adanya teknologi biosimilar yang bisa menghasilkan obat dengan kemiripan struktur dan manfaat yang sama dengan obat originalnya, harga jual obat bisa lebih murah karena tidak ada biaya riset," ujarnya.
Adapun dengan adanya produk biosimilar semakin banyak masuk di indonesia, Walta menyatakan sehingga punya pilihan yang lebih banyak.
Baca Juga: Gandeng Eijkman, Bio Farma Berniat Kembangkan Vaksin Penangkal Corona
President, India and Emerging Markets-Mylan, Rakesh Bamzai menyatakan pertumbuhan kasus kanker payudara adalah kekhawatiran utama para wanita di negara berkembang. "Melalui perjanjian komersialnya dengan Indofarma, obatTrastuzumab kini dapat di akses oleh pasien di Indonesia," ungkapnya di Jakarta, Selasa (18/2).
Rakesh menjelaskan dengan membawa pengobatan ini ke Indonesia, Mylan berharap dapat menghapus pembatasan akses dengan menyajikan pilihan pengobatan yang terjangkau kepada pasien dengan kanker payudara HER2-positive dan metastase gastritis.
Presiden Direktur Indofarma, Arief Pramuhanto menyatakan Indonesia memerlukan terapi biologis yang canggih dan terjangkau.
Baca Juga: Efek Virus Corona, Harga Bahan Baku Farmasi Melonjak, Ada yang Hingga 100%
"Kemitraan antara Indofarma dan Mylan memberikan solusi untuk terapi biologis bagi pasien, selain itu juga meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem kesehatan, dan memajukan industri farmasi di Indonesia," ujarnya.
Peluncuran Hertaz di Indonesia diakui Arief sebagai pencapaian penting bagi Indofarma dan dengan perjanjian komersial ini Indofarma berharap terapi biologis yang kuat dari komprehensif di masa depan akan menjadi kenyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News