Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara perlahan, sejumlah daerah mulai melonggarkan kebijakan PSBB. Meski demikian, otoritas tetap memperketat aturan dan protokol kesehatan. Salah satu syarat dalam protokol itu adalah pernyataan sehat yang ditunjukkan melalui hasil Rapid Test dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) yang sampai saat ini bekerjasama dengan produsen asal China dan Korea untuk mendatangkan Rapid Test Diagnostics Covid-19 dan PCR sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19) pun mendapatkan berkahnya.
Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno mengaku, sejak bekerjasama dengan produsen asal China dan Korea untuk mendatangkan alat rapid test diasnogtics Covid-19 pada awal maret lalu pihaknya sekali meng impor bisa mencapai 100.000 alat tes.
Baca Juga: Rupiah perkasa atas dolar, Indofama (INAF) belum tambah stok bahan baku
Tapi Herry tidak memerinci berapa banyak alat tes yang sudah diimpor sampai dengan saat ini. Menurutnya, data pembelian impor ada di beberapa sumber termasuk anak usaha, jadi sulit untuk mendapat angka pastinya.
Selain rapid test, INAF juga melakukan pengadaan alat kesehatan lain untuk penanganan Covid-19 seperti disinfektan, hand sanitizer, stracher isolasi chamber dan thermometer non kontak.
Herry menjelaskan, sampai April lalu pendapatan penjualan yang diperoleh dari pengadaan alat kesehatan sekitar Rp 133 miliar.
"Sekali impor kita bisa sampai 100.000 alat test, sejak bulan Maret jumlahnya tidak ingat, tapi sampai saat ini permintaan terbanyak memang pada rapid test," kata Herry kepada Kontan.co.id, Kamis (11/6).
Ia menyebut, sampai saat ini permintaan Rapid Test Diagnostics Covid-19 masih cukup tinggi, baik untuk institusi, klinik, Rumah Sakit maupun kebutuhan persyaratan untuk transportasi.
"Sejauh ini kebutuhan masih tinggi hingga impor tetap diperlukan sesuai kebutuhan. Sampai saat ini kami sudah menjual ratusan ribu alat rapid test dari berbagai sumber, sesuai yang tertera dalam list BNPB," katanya.
Herry menilai, kebutuhan alat deteksi corona sangat diperlukan saat ini. Menurutnya, alat deteksi corona mampu memberikan kepastian awal mendeteksi orang yang terindikasi terinfeksi virus corona.
Herry mengatakan, harga alat rapid test berbeda-beda tergantung dari produsennya, tapi menurutnya, saat ini harganya cenderung turun, suplai pada kisaran harga ke Faskes sekitar Rp 110.000-Rp 150.000.
Baca Juga: Hingga Juni, Indofarma (INAF) produksi 2 juta tablet oseltamivir
"Dulu alat rapid test sulit didapat karena semua negara berebut beli ke China yang sedang lockdown. Sekarang China sudah normal, suplai banyak, harga jadi turun," papar Herry.
Herry juga menambahkan, paling banyak permintaan alat rapid test dari daerah Jawa. Selain itu, INAF juga mendistribusikannya lewat 29 cabang di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News