Reporter: Merlinda Riska | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Indofarma (Persero) Tbk memprediksi penggunaan dana belanja modal alias capital expenditure pada semester I-2015 tak sampai separuh lantaran baru sekitar 35% dari total anggaran. Jika total dana belanja modal tahun ini Rp 135 miliar, berarti belanja di paruh pertama tahun ini Rp 47,25 miliar.
Sekretaris Perusahaan PT Indofarma (Persero) Tbk Yasser Arafat bilang, belum maksimalnya penggunaan belanja modal karena kebanyakan hasil tender penjualan obat baru semester II. Maka dari itu, manajemen Indofarma optimistis belanja modal bisa lebih besar semester II nanti.
Perusahaan berkode INAF di Bursa Efek Indonesia itu akan melanjutkan aksi belanja mesin yang sudah dilakukan di semester I. Adapun belanja modal yang terserap semester I adalah 35%, di antaranya untuk membeli mesin-mesin. "Pada semester II, pembelian mesin, alat produksi, renovasi dan lain-lain masih akan kami lakukan," kata Yasser kepada KONTAN, Senin (1/6).
Meskipun realisasi penggunaan belanja modal pada semester I-2015 tak sampai separuh, manajemen Indofarma meyakini kinerja paruh pertama tahun ini masih tumbuh dibandingkan dengan semester I 2014 lalu. Sayang, manajemen perusahaan itu belum bisa membeberkan proyeksi kinerja semester I-2015.
Meski optimistis kinerja membaik, Indofarma belum berani bermimpi mengantongi keuntungan. Alasan mereka, industri farmasi masih rentan dipengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. "Jadi, semester I kami melihatnya tidak terlalu optimistis. Kami proyeksikan masih rugi meskipun kami berupaya agar kerugian tak sebesar tahun lalu," kata Yasser.
Sebagai informasi, penjualan Indofarma di semester I-2014 adalah Rp 387,69 miliar, atau tumbuh 11,97% ketimbang semester I-2013. Namun bottom line alias laba/rugi perusahaan itu terpuruk dengan catatan rugi Rp 50,90 miliar. Rugi itu membengkak empat kali lipat dibandingkan dengan rugi di semester I-2013 yakni Rp 9,29 miliar.
Catatan kerugian itu masih terjadi hingga kuartal I-2015. Di triwulan pertama tahun ini, Indofarma mencatatkan rugi Rp 19,95 miliar.
Target US$ 20 juta
Meski kerugian masih menghantui kinerja, Indofarma bersikukuh memegang target lonjakan keuntungan, dari Rp 1,6 miliar di 2014 menjadi Rp 33 miliar tahun ini. Kalau target penjualan tahun ini Rp 1,7 triliun, atau tumbuh 23,19% ketimbang 2014. Manajemen Indofarma meletakkan asa pada realisasi tender obat katalog generik dari pemerintah pada semester II.
Selain bergantung pada sentimen eksternal, Indofarma akan menggelar strategi internal berupa private placement atau menjual saham kepada investor. Rencana mereka adalah melego 20% saham anak perusahaannya, PT Indofarma Global Medika.
Indofarma berharap bisa mengantongi dana segar sekitar US$ 20 juta dari aksi ini. Dana itu akan dipakai untuk ekspansi seperti meningkatkan kapasitas produksi.
Semula Indofarma berencana menjual saham Indofarma Global kepada investor Malaysia. "Tapi tak ada kesepakatan sampai hari ini. Jadi, kami menjajaki dengan investor lokal. Kami telah menunjuk Danareksa sebagai penjamin emisi," beber Yasser.
Patut dicatat, aksi private placement itu sejatinya adalah gagasan sejak tahun lalu. Indofarma menetapkan target realisasinya pada awal tahun atau paling lambat semester 1-2015. Namun, manajemen perusahaan itu mengatakan kondisi pasar yang tak bagus membikin mereka memundurkan target realisasi menjadi akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News