Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menginisiasi kolaborasi antar negara dan antar pebisnis di kawasan Asia untuk membangun kemandirian pertanian dan ketahanan pangan Asia. Melalui Asian Agriculture and Food Forum 2020 (ASAFF 2020) diharapkan sinergi dan kolaborasi tersebut dapat diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Asia dan menjadi penyuplai utama pangan dunia.
“Peran dan posisi Asia dalam produksi pertanian global sangat besar. Kolaborasi akan membangun ketahanan pangan negara-negara Asia dan menjamin ketersediaan pangan dunia,” ungkap Moeldoko, yang menginisiasi ASAFF dalam keterangannya, Kamis (9/1).
Baca Juga: Data pangan nasional penting untuk tata kelola pangan Indonesia
Kegiatan ASAFF digagas Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini, untuk membangun solusi sinergi dan kolaborasi para pelaku sektor pertanian membangun kemandirian pertanian dan ketahanan pangan pertanian di kawasan Asia.
Moeldoko mewujudkan forum pertanian Asia pada 2018 melalui ASAFF 2018 yang dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara dan pamerannya dikunjungi Presiden Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC). ASAFF kedua diselenggarakan pada 12-14 Maret 2020 di JCC, dan diharapkan dapat dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Akan diundang juga sebagai narasumber dalam ASAFF 2020 antara lain Kementerian Pertanian dan pelaku bisnis pertanian dari China, Vietnam, Thailand, Jepang, Malaysia, dan lainnya.
“ASAFF adalah event berkala yang menjadi forum pertemuan stakeholders pertanian untuk membahas isu-isu strategis pertanian di kawasan Asia dan membangun kerjasama Government to Govverment (G2G) dan Business to Business (B2B) dalam kebijakan pertanian, budidaya pertanian, teknologi pertanian, dan bisnis sektor pertanian, dalam arti luas pertanian, perikanan, peternakan,” jelas Moeldoko.
Baca Juga: Data pangan BPS jadi acuan kebijakan, ini saran pengamat pertanian IPB
ASAFF 2020 mengusung tema “Asian Agriculture Colaboration in Global Economic Comptetition”. Ada tiga hal strategis yang menjadi isu utama dunia saat ini dan ke depan, yaitu pangan, air, dan energi. Ketiga hal tersebut akan menjadi komoditas strategis yang menggeser komoditas-komoditas yang selama ini menjadi isu dunia, seperti minyak bumi dan sumber daya alam.
Pertumbuhan penduduk dunia akan meningkatkan kebutuhan pangan, air, dan energi. Menurut Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah penduduk dunia pada 2019 mencapai 7,7 miliar jiwa, tumbuh 1,08% dibandingkan tahun sebelumnya (2018) sejumlah 7,6 miliar jiwa.
Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun 1%-1,2%, sehingga dalam beberapa tahun ke depan penduduk dunia bakal mencapai 8 miliar jiwa dan tahun 2030 sekitar 8,5 miliar penduduk. Pada tahun 2100 penduduk dunia akan mencapai 10,9 miliar orang.
“Kawasan Asia memiliki kontribusi terbesar dalam jumlah penduduk dunia. Jumlah penduduk Asia sebesar 4,6 miliar jiwa,” tegasnya.
Sektor pertanian adalah penyumbang GDP terbesar di kawasan Asia dan menjadi bagian strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan Asia.
“Indonesia dan kawasan Asia memiliki peran strategis mengingat potensi dan sumber daya alam mendukung untuk memenuhi kebutuhan pangan, air, dan energi dunia, khususnya memenuhi kemandirian di kawasan Asia. Indonesia, salah satunya, sedang mengembangkan bio-energy, antara lain mengembangkan bahan bakar Bio Solar B30, dimana sebanyak 30% dalam bahan bakar minyak tersebut bersumber dari pertanian,” papar Moeldoko.
Baca Juga: Kementan catat total luas lahan baku sawah saat ini sebesar 7,46 juta hektare
Moeldoko juga memaparkan ASAFF 2020 berusaha mengurai permasalahan-permasalahan tersebut, khususnya terkait dengan sektor pertanian dan ketahanan pangan di kawasan Asia. Melalui event pameran, konferensi, forum agrobisnis, diharapkan terjadi jalinan kerjasama antar negara dan antar bisnis di kawasan Asia.
Ketua Panitia ASAFF 2020, Rifqinizamy Karsayuda memaparkan, ASAFF 2020 terdiri dari konferensi, forum bisnis, dan pemeran pertanian Asia. Selain membahas peluang kolaborasi pertanian di kawasan Asia, juga mengusung potensi generasi muda terlibat dalam sektor pertanian melalui smart farming dan digital farming.
ASAFF 2020 menghadirkan keynote speakers Moeldoko dan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo. Mereka akan mengulas “Building Synergy and Agricultural Collaboration in Asia” dan “Indonesia toward National Self-Sufficient and Producer of Agriculture in Asia”.
Narasumber Asia lainnya akan hadir dalam sesi “Asian Government Collaboration for Better Farmers Welfare” dan “Uniqueness of Asian Agriculture to Improve Competitiveness in Global Market” serta “Millennial Farming: Digital Technology, Agriculture Productivity, and Supply Chain Ecosystem”.
Baca Juga: Kementan dan Kemendag Sinkronkan data pangan untuk acuan impor
ASAFF 2020 diharapkan juga mampu mencetak transaksi bisnis pertanian di kawasan Asia. Berdasarkan data ASAFF 2018, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia dan Asia yang menjajaki kerjasama antar korporasi membangun sinergi bisnis di kawasan Asia. “Diharapkan tahun ini apa yang sudah dijajaki bisa direalisasikan dalam aksi bisnis dengan kolaborasi strategis” jelas Rifqi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News