Reporter: Asih Kirana Wardani | Editor: Asih Kirana
Survei Michael Page terhadap perusahaan yang telah ada saja menunjukkan, tahun ini 53% perusahaan di Indonesia berencana menambah karyawannya. Angka ini lebih tinggi ketimbang Asia yang rata-rata 44%.
Lantaran tak banyak penambahan jumlah profesional yang bagus di bidang-bidang yang permintaannya tinggi, kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia saat ini cenderung talent driven. Dus, talenta lebih leluasa meminta kenaikan gaji saat meloncat ke lain perusahaan.
Mengincar diaspora
Untuk mengurangi tekanan terhadap biaya yang mesti dikeluarkan perusahaan untuk merekrut karyawan baru ini, Tay mempunyai beberapa saran.
Pertama, alih-alih merekrut tenaga kerja yang sudah matang di pasaran, perusahaan lebih baik memberi pelatihan dan pendidikan bagi orang di dalam perusahaan yang kualifikasinya belum sampai seperti yang dibutuhkan, tapi punya potensi. Kedua, merekrut orang dari luar yang kualifikasinya belum sampai, kemudian mendidiknya sehingga sesuai kebutuhan.
Selain itu, baik Robert Walters maupun Michael Page menyarankan agar perusahaan merekrut orang Indonesia berkualitas tinggi yang saat ini masih bekerja di luar negeri.
Menurut Michael Page, tahun lalu, 58% dari 335 perusahaan di Indonesia yang mereka survei merekrut setidaknya satu orang Indonesia dari luar negeri. Tren merekrut diaspora ini, menurut Riches, akan berlanjut tahun ini.
Apalagi, menurut survei Robert Walters, 85% orang Indonesia di luar negeri yang mereka survei sebenarnya punya keinginan untuk kembali ke Indonesia untuk bekerja. Entah karena alasan ingin dekat dengan keluarga atau pun karena merasa, Indonesia tetaplah rumah bagi mereka dan mereka ingin jadi bagian dari pembangunan Indonesia.
Selain keterampilan dan paparan praktik bisnis internasional, dibandingkan tenaga kerja asing, mereka punya kelebihan lebih paham kultur dan bahasa Indonesia.
Tentu, untuk menarik mereka perlu iming-iming memadai. Michael Page menengarai tiga faktor yang bisa menarik para pekerja potensial, yakni kenaikan gaji (72%), perkembangan karier (65%), dan fleksibilitas tempat kerja (36%).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News