Reporter: Epung Saepuddin | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indonesia berharap otoritas perdagangan Amerika Serikat (AS) memberikan fasilitas bea masuk (BM) rendah melalui fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) untuk produk polyethylene terephthalate resin (PET resin).
Permintaan tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam kunjungannya ke Amerika Serikat 13-16 Mei 2009 lalu.
Mari meminta penurunan BM terkait agenda pemerintah AS yang tahun ini mengevaluasi batas kebutuhan kompetitif alias competitive need limit (CNL Waivers) untuk PET resin. "Indonesia berharap tetap memperoleh fasilitas GSP bagi PET resin. Keputusannya mudah-mudahan dapat diperoleh sebelum 1 Juli 2009," ujar Mari.
Untuk mendapatkan fasilitas bea masuk yang lebih rendah tersebut, Indonesia harus mengikuti beberapa ketentuan. Salah satunya, Indonesia tidak mempekerjakan anak-anak pada industri terkait.
Dari catatan Departemen Perdagangan, selama tiga tahun terakhir Indonesia menerima pengurangan bea masuk melalui fasilitas GSP dari AS adalah sebesar US$ 5,65 milyar. Dengan bea masuk lebih murah, produk Indonesia bisa lebih dengan bersaing dengan produk-produk dari negara lain.
Beberapa waktu lalu, produsen karpet asal Indonesia pernah kena tuding mempekerjakan anak di bawah umur. Kejadian ini bisa mengeluarkan karpet asal Indonesia dari daftar penerima fasilitas GSP.
"Kami sudah mengklarifikasi bahwa kabar itu tidak benar. Kami berharap produk karpet Indonesia tidak dikeluarkan dari daftar bea masuk preferensial," ujar Gusmardi Bustami, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional.
Catatan saja, Indonesia menempati peringkat ke-24 sebagai negara pemasok di pasar USA dengan pangsa pasar sebesar (0,8%) senilai US$ 15,2 miliar. Adapun 5 negara pemasok utama AS adalah China dengan pangsa 16,9%, Kanada ( 15,7%), Meksiko (10,6%), Jepang (7,4%) dan Jerman (4,8%).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News