Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor batubara China dari Indonesia, selaku pemasok terbesar China, anjlok 20% menjadi 14.285.823 ton pada April 2025. Penurunan impor batubara China dari Indonesia ini disinyalir lantaran dampak dari Harga Batubara Acuan (HBA) dan harga batubara domestik yang rendah.
Melansir Reuters pada Rabu (21/5), penyebab penurunan impor batubara ini lantaran Indonesia mulai menerapkan harga acuan baru yang ditetapkan oleh pemerintah yang dikenal sebagai HBA dan juga dipengaruhi oleh harga batubara domestik di China yang lebih rendah sehingga menyebabkan total impor batubara China dari Indonesia turun sebanyak 16% secara tahunan pada April 2025.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan pihaknya terbuka untuk berdiskusi dengan pelaku usaha terkait penurunan ekspor batubara ini dan akan dilakukan evaluasi mengenai kebijakan HBA baru.
"Ya, nanti kalau misalnya ini kita ngobrol. Kalau evaluasi pasti kita lakukan," kata Tri ditemui di ICE BSD, Tangerang, Rabu (21/5).
Baca Juga: Harga Batubara Jeblok Dekati Level Terendah 4 Tahun, APBI Sebut Efek Sampingnya
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati mengatakan, penurunan impor batubara Indonesia ke China dipengaruhi banyak faktor, termasuk dinamika pasar di negara tujuan dan preferensi kontrak.
"Soal keberatan atas HBA, pemerintah memahami bahwa pelaku usaha membutuhkan proses penyesuaian terhadap pemberlakuan kebijakan tersebut," kata Rita kepada Kontan, Rabu (21/5).
Rita menambahkan, pemerintah tetap akan menerapkan HBA karena HBA merupakan instrumen penting untuk menjaga transparansi, keadilan harga, serta penerimaan negara.
"Pemerintah terus melakukan penyempurnaan agar HBA tetap relevan dan mendukung daya saing batubara Indonesia di pasar global," tandasnya.
Di sisi lain, Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengungkapkan, penurunan impor China dari Indonesia mayoritas disebabkan karena pergerakan supply dan demand. Hal ini dapat dilihat bahwa China sangat dominan melakukan kontrol terhadap penyerapan coal import sebagai reaksi atas kontraksi ekonomi negara dan global.
Baca Juga: Tarif China Berlaku, Ekspor Batu Bara AS ke India Melonjak
"Memang saat awal kebijakan penggunaan HBA (Maret) menjadi faktor yang menantang, namun dalam praktiknya, perdagangan batubara dilakukan dengan skema business-to-business (B to B) berdasarkan kesepakatan harga antara penjual dan pembeli yang merujuk pada indeks harga pasar global," kata Gita kepada Kontan, Rabu (21/5).
Lebih lanjut, Gita bilang beberapa level HBA sudah reflective terhadap harga pasar. Namun, masih ada ruang perbaikkan yang bisa membuat HBA semakin mendekati dengan harga pasar.
Gita menambahkan, efek penurunan ekspor secara keseluruhan menimbulkan reaksi berbagai macam pada Indonesian miners. Sudah jelas setiap perusahaan akan mengutamakan cost leaderships dan penundaan rencana ekspansi atau bahkan project yang high risk sebagai main driver untuk adaptif terhadap kontraksi pasar dan tingginya biaya tambang hari ini.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar berpandangan impor batubara China dari Indonesia turun karena memang kebutuhan China menurun, juga peningkatan pasokan dari domestik China, tetapi juga dipengaruhi oleh harga batubara Indonesia khususnya terkait kebijakan HBA.
Baca Juga: IEA Sebut Permintaan Batu Bara Diprediksi Capai 8,9 Miliar Ton Pada 2027
"Dengan HBA menjadikan harga tidak fleksibel sehingga kurang kompetitif. Jadi sebenarnya kebijakan HBA bisa menjadi bumerang bagi Indonesia di tengah penurunan permintaan," ungkapnya kepada Kontan, Rabu (21/5).
Menurut Bisman, pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan HBA, bila perlu meninjau ulang atau paling tidak ada diskresi dalam hal tertentu pelaku usaha bisa tidak mengacu HBA.
"Fleksibilitas harga sangat diperlukan agar komoditas Indonesia bisa kompetitif seiring dengan perkembangan dan kebutuhan pasar," pungkasnya.
Baca Juga: Ekspor Batu Bara Indonesia ke China Turun Gara-gara HBA
Selanjutnya: Pelaku UMKM dan Kuliner Mengaku Tak Kena Dampak Signifikan dari Aksi Pengemudi Ojol
Menarik Dibaca: Cuaca Besok (22/5), Kota Jogja dan Sekitarnya Kompak Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News