Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Demi menjaga stabilitas harga karet, pemerintah siap menurunkan produksi komoditas tersebut selama tahun depan sebesar 12,6% dibandingkan realisasi produksi tahun ini.
Sepanjang 2012, produksi karet Indonesia diproyeksikan mencapai 3,04 juta ton. Jadi di tahun depan, target produksi karet Indonesia bisa dikurangi menjadi 2,77 juta ton. Selain menjaga harga, penurunan target produksi ini sesuai komitmen Indonesia bersama dua produsen karet terbesar lainnya yakni Malaysia dan Thailand.
"Kami berusaha mematuhi kesepakatan yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC). Kapasitas produksi kami bisa lebih dari 3 juta ton," ungkap Rusman Heriawan, Wakil Menteri Pertanian, Rabu (26/12).
Seperti diketahui, tiga negara produsen karet terbesar dunia, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand telah bersepakat mengerek harga karet alam dengan mengurangi volume ekspor hingga 300.000 ton selama enam bulan, berlaku mulai Oktober 2012 hingga Maret 2013.
Kesepakatan yang diumumkan pada 16 Agustus 2012 telah mendongkrak harga rata-rata karet gabungan di ketiga negara (daily composite price) dari US$ 2,54 per kg menjadi US$ 2,9 per kg pada awal Desember 2012.
Untuk menjaga stabilitas harga karet, ITRC akan menggandeng Vietnam, yang produksi karetnya sudah menyamai Indonesia. Jika digabungkan,
keempat negara yakni Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam akan menguasai 80% pasar karet dunia. "Ini bukan persoalan kartel, tapi kita harus menjaga petani di negara masing-masing," ujar Rusman.
Tapi usulan ini belum diterima Vietnam. "Mereka tidak menolak tetapi mereka bilang masih mempelajarinya," kata Rusman. Posisi Vietnam cukup penting untuk masuk ITRC. Indonesia tidak ingin ketika ketiga negara sepakat menjaga harga dengan mengurangi suplai dan produksi, sementara Vietnam justru menggenjot produksi dan memanfaatkan hal ini demi memperluas pasar.
Pemerintah Indonesia akan membawa isu karet dalam pertemuan tingkat ASEAN. Alasannya, selain Vietnam, beberapa negara anggota ASEAN seperti Kamboja, Laos dan Myanmar juga memproduksi karet. "Jadi harapannya adalah Asean Rubber Council, harus ada dorongan kepala negara," papar Rusman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News