kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Indonesian Tobacco (ITIC) Akui Peluang Ekspor Masih Tersendat


Minggu, 26 Desember 2021 / 18:34 WIB
Indonesian Tobacco (ITIC) Akui Peluang Ekspor Masih Tersendat
ILUSTRASI. Aktivitas pengolahan tembakau oleh PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) optimistis mampu mencetak pertumbuhan penjualan dan laba sekitar 15% di tahun 2022 nanti.

Direktur Utama ITIC Djonny Saksono menyampaikan, ITIC terus berfokus pada berbagai strategi bisnis, seperti pengontrolan kualitas produk dengan baik, peningkatan dan pemerataan distribusi dan promosi, serta perluasan wilayah pemasaran produk.

ITIC sebenarnya sempat berencana menjajaki peluang ekspor tembakau iris ke sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Taiwan, India, dan China. Tembakau iris yang dikenal sebagai roll your own (RYO) cigarette dinilai punya prospek yang menjanjikan di empat negara tersebut. Khusus India dan China, potensi bisnis tembakau iris cukup besar seiring banyaknya populasi penduduk di kedua negara Asia tersebut.

Baca Juga: Begini strategi Indonesian Tobacco (ITIC) kerek kinerja di tahun 2022

Sayangnya, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, ditambah kemunculan berbagai varian baru, termasuk Omicron, membuat ekspansi ITIC ke pasar ekspor tersendat. “Perluasan pasar ekspor masih tetap sulit dan strategi kami hanya untuk bertahan dan mempertahankan pangsa pasar yang ada,” ungkap Djonny, Jumat (24/12).

Manajemen ITIC masih akan lebih fokus pada perluasan area penjualan di dalam negeri yang dinilai juga memiliki potensi besar. Dalam catatan Kontan, perusahaan ini hendak memperluas pemasarannya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

 

Lebih lanjut, Djonny mengaku belum mengetahui seberapa besar dampak kenaikan tarif cukai terhadap bisnis ITIC yang bergerak di sektor tembakau iris. Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah merampungkan payung hukum kebijakan tarif cukai rokok atau cukai hasil tembakau (CHT) dan Hasil Pengelolaan Tembakau Lainnya (HPTL).

Jadi, per 1 Januari 2022, rata-rata kenaikan tarif CHT di tahun depan berkisar 12%. Sementara kebijakan tarif cukai HPTL disesuaikan berdasarkan jenis produknya. “Kami merasa akan ada dampak dari peraturan cukai yang baru, namun kami belum tahu sampai seberapa besar dampaknya,” imbuh dia.

Sebagai informasi, ITIC mengalami penurunan penjualan 2,54% (yoy) menjadi Rp 174,48 miliar per kuartal III-2021. Di saat yang sama, laba bersih ITIC tumbuh 16,31% (yoy) menjadi Rp 15,76 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×