Reporter: Merlinda Riska | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) berniat menyewa satelit dari perusahaan asing. Hal ini lantaran dicabutnya perpanjangan hak izin slot orbit satelit di 150,5 derajat Bujur Timur (BT) oleh pemerintah yang kemudian diberikan kepada Bank Rakyat Indonesia Tbk.
President Director & CEO Indosat Alexander Rusli menyatakan, perseroan telah menyiapkan antispasi dengan menyewa satelit dari negara luar. Menurutnya, sudah ada sekitar empat sampai lima perusahaan yang sedang menjalin komunikasi bisnis dengan Indosat.
"Kami akan mengambil langkah dengan menyewa sama orang luar, ada 4-5 perusahaan kami jajaki. Ada dari Bangkok, Singapura, Malaysia, dan lain-lain," kata Alex akhir pekan lalu.
Alasan manajemen memilih menyewa satelit dari perusahaan luar, kata Alex biaya sewa lebih murah. Meski enggan mengungkap berapa biaya sewanya, yang jelas dengan langkah menyewa satelit ini artinya bisnis sewa satelit Indosat pun selesai alias Indosat tak lagi menyewakan satelitnya untuk umum.
"Jadi bisnis satelit kami tutup. Tidak menyewakan ke orang lagi," ujar Alex.
Dia juga enggan blak-blakan menjelaskan berapa besar nilai kerugian Indosat akibat tutupnya bisnis satelit. Kata dia, "Kontribusinya tak besar, hitung saja sendiri dari nilai sewa satu transponder sebesar US$ 1 juta per tahun."
Menurut Alex, sekitar 30% dari total transpondernya dipakai untuk kebutuhan internal, sedangkan 70% dipakai untuk kebutuhan eksternal. Satu satelit biasanya terdiri dari 30-40 transponder. Artinya, per tahun dari bisnis satu satelit perseroan bisa meraup US$ 21 juta sampai US$ 28 juta.
Seperti diketahui, bisnis satelit Indosat terbagi atas dua kategori, yakni sewa transponder dan layanan very-small-aperture-terminal (VSAT). Layanan
VSAT saat ini dikelola oleh anak usahanya, PT Aplikanusa Lintasarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News