kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri alas kaki masih tertekan tahun ini, bagaimana tahun depan?


Senin, 09 Desember 2019 / 20:23 WIB
Industri alas kaki masih tertekan tahun ini, bagaimana tahun depan?
ILUSTRASI. Perajin menyelesaikan produksi sepatu di sentra industri alas kaki Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alas kaki yang berorientasi ekspor masih tertekan di sepanjang tahun ini. Meski diproyeksikan bakal turun, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) melihat prospek alas kaki yang masih cerah di 2020 karena adanya relokasi sejumlah pabrik ke Jawa Tengah. 

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri menyatakan kondisi industri alas kaki di sepanjang tahun ini akan turun. "Buktinya saja data ekspor alas kaki per-September 2019 tertekan hingga 12,9% karena turunnya ekspor dari pelabuhan Tanjung Priok," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (9/12). 

Baca Juga: Aprisindo sebut tiga pabrik alas kaki hengkang dari Banten karena kenaikan UMK

Firman menjelaskan ekspor dari Tanjung Priok didominasi dari penjualan di Jabodetabek. Tertekannya industri alas kaki di Indonesia disebabkan belum adanya sentimen positif yang bisa mengerek industrinya. 

Firman bilang kalau membicarakan market global hingga saat ini masih tertekan. Katanya Eropa masih larinya ke Vietnam untuk mengimpor produk alas kaki. Adapun sentimen dalam negeri juga masih belum baik karena upah yang terus naik di tengah industri yang sedang tertekan. 

Sebelumnya Aprisindo menyatakan telah menolak adanya Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) tahun 2020 karena penambahan upah tersebut bakal semakin memberatkan industri padat karya berorientasi ekspor. Sebab upah minimum jadi naik sebesar 8,51% dibanding 2019. 

Baca Juga: Serikat buruh dan Pemkot Bekasi sepakat UMK 2020 sebesar Rp 4,589 juta

Melansir data yang dilampirkan Aprisindo, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, upah minimum di Indonesia merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan China dan Vietnam. Kenaikan upah minimum  Indonesia dalam lima tahun terakhir sebesar 37,95% dibandingkan dengan China hanya 17,5% dan Vietnam sebesar 26%.

Firman bilang UMSK selama ini menjadi beban tambahan bagi industri alas kaki khususnya padat karya dan berorientasi ekspor. Menurutnya beban tersebut mengakibatkan industri tidak berdaya saing. 

Tak ayal jika sejumlah produsen alas kaki sedang mencoba mengalihkan produksi dari Banten ke Jawa Tengah karena melihat beban operasional yang lebih murah dibandingkan di Jabodetabek. 

Baca Juga: BI DKI Jakarta mencatat inflasi ibukota bulan November 2019 sebesar 0,19%

Firman mengungkapkan sebanyak 25 perusahaan dari Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur akan merelokasi pabriknya ke Jawa Tengah untuk  menambah kapasitas produksi. Kebanyakan pabrik yang pindah memang dari perusahaan asing. 

Namun, relokasi tidak akan dilakukan bersamaan tapi lepas bertahap. Beberapa masih menunggu kebijakan dari pemerintah, apakah akan mencabut UMSK atau tidak. 

Firman bilang upah tertinggi di Banten sebesar Rp 4,1 juta per orang dalam satu bulan untuk memenuhi UMK dan UMSK. Sedangkan di Jawa Tengah UMK di bawah Rp 2 juta per bulan.  

Baca Juga: Dinilai bisa menghambat ekspor alas kaki, Aprisindo tolak kenaikan UMSK tahun 2020

Jika pemerintah mendukung ini, ada opsi lain yang bisa diambil yakni perluasan pabrik untuk menambah kapasitas produksi. Adapun kalau izin investasi semakin kondusif dalam arti pemerintah memberikan kemudahan, industri alas kaki berorientasi ekspor akan tumbuh lebih baik.

Aprisindo berharap dengan pindahnya pabrik ke Jawa Tengah, bisa mengerek penjualan ekspor alas kaki. "Meski sudah pindah, belum bisa menggantikan nilai ekspor di Tanjung Priok," ujarnya.

Dengan selesainya transisi ini di 2020, Firman bilang industri alas kaki akan tumbuh sebesar 5% di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×