Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli
Ia menambahkan, jika terjadi penurunan Produkai TBS di semester ke 2 ini khususnya TBS dari petani karena dipengaruhi oleh beberapa hal.
"Yang pertama karena dampak aktivitas agronomi 2 tahun lalu, dimana petani sejak 2021-2023 cenderung tidak melakukan memupukan karena harga pupuk yang naik signifikan," katanya.
Penyebab kedua adalah karena target Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sebear 2,8 juta Hektar (Ha) baru tercapai 330 ribu hektar (Ha) atau 11% dari total target.
"Intinya adalah produksi TBS yang hubungannya ke produksi CPO Indonesia permasalahannya ada di kebun petani. Dimana protas CPO nya masih 20-30% dari potensi," jelasnya.
Baca Juga: Produksi CPO Sampoerna Agro (SGRO) Terkendala Cuaca El Nino
Di luar pengaruh La Nina, ketiganya sepakat bahwa produksi CPO tahun ini akan mengalami koreksi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
"Produksi sampai dengan Juni 2024 dibandingkan dengan Juni 2023 masih lebih rendah sekitar 10%. Tapi diharapkan sesuai siklus di semester II akan naik kembali apabila tidak terjadi gangguan cuaca," ungkap Eddy.
"Secara keseluruhan perkiraan produksi CPO tahun 2024 ini sedikit di bawah target akibat keterlambatan PSR dan makin banyaknya tanaman tua renta. Produksi CPO tahun diperkirakan turun 5-10 persen dari tahun 2023," tambah Tungkot.
"Produksi CPO Indonesiadi 2024 ini saya prediksi akan turun 2-5%, di saat konsumsi CPO naik 5-7%," tutup Gulat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News