Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bulan suci Ramadan dipercaya umat Islam mampu melipatgandakan pahala manusia. Tidak hanya pahala saja, keuntungan bisnis pun turut naik berlipat-lipat.
Bagi industry makanan dan minuman (mamin), jelang ramadan industri ini sudah pasang kuda-kuda untuk meningkatkan volume produksi dan menargetkan penjualan berkali lipat.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengatakan bahwa para produsen selalu mengantisipasi Ramadan dengan meningkatkan volume produksinya.
“Biasanya jelang dua bulan sebelum masuk Ramadan produksi dan distribusi ke berbagai daerah ditingkatkan,” ujarnya kepada KONTAN (16/4).
Sebagian besar produsen meningkatkan produksinya 2 kali lipat dibandingkan periode biasa. Kata Adhi, hal tersebut dilakukan demi mempersiapkan stok barang, karena saat Ramadan permintaan akan produk mamin bisa naik 30 % dibandingkan bulan lainnya. “Khusus untuk panganan yang manis seperti sirup dan yang lainnya bisa meningkat hampir 100 %,” sebutnya.
Produsen mamin juga meningkatkan alur distribusi barangnya. Produksi yang telah siap akan segera dikirim ke berbagai daerah. Adhi mengatakan, biasanya distribusi di luar Pulau Jawa dilakuka jauh-jauh hari mengantisipasi kemacetan dan kepadatan lalu lintas. “Soalnya untuk kendaraan besar truk, seminggu sebelum lebaran sudah tidak jalan,” katanya.
Untuk memaksimalkan distribusi, area tempuh yang tidak terlalu jauh dan lingkungan perkotaan masih dilayani oleh kendaraan pick up kecil. “Biasanya untuk menjaga stok pasar supaya tidak langsung habis,” sebut Adhi.
Soalnya, setiap bulan puasa segala lapisan masyarakat dari berbagai strata ekonomi tidak segan mengeluarkan uang lebih. “Kelas menengah ke bawah bahkan tidak segan untuk mengonsumsi barang yang mahal dan jarang dibelinya,” urai Adhi. Ia menilai masyarakat kian konsumtif.
Jelang ramadan juga bakal diramaikan dengan agenda promo oleh para produsen dan distributor mamin. Selain potongan harga, para produsen juga akan aktif beriklan di media massa.
“Selain iklan-iklan baru, produsen tak segan bekerja sama dengan restoran dan bundling,” ungkap Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), Trijono Prijosoesilo kepada KONTAN, Minggu (16/4).
Ditambah trade promo dengan pihak retailer, segala cara dilakukan produsen untuk menggenjot penjualannya. “Sebab Ramadan ibarat waktu panen sehingga produsen akan banyak mengeluarkan program untuk mendorong tingkat penjualan produknya,” sebut Trijono.
Agenda promo umumnya dilakukan menjelang dan selama bulan ramadan. Waktunya sekitar 1-2 bulan. Trijono mengatakan kalau lebih pendek sangat tidak efektif dari segi biaya.
Ketua Asrim yang juga menjabat sebagai Public Affairs and Communication Director PT Coca Cola Company Indonesia ini mengatakan, secara volume penjualan, Ramadan biasa berkontribusi seitar 30-40 % dari total penjualan minuman ringan dalam setahun.
Sedangkan soal produksi, Trijono sepakat bahwa produsen akan meningkatkan jumlah volume produknya. “Produsen akan mencocokkan dengan kemampuan produksi pabrik mereka, varian dari produk mereka dan juga factor-faktor lain seperti masa distribusi,” sebutnya.
Distrubusi sementara ini dipandang cukup baik. Trijono menekankan bahwa produsen khawatir dengan kebijakan pemerintah untuk pembatasan pergerakan truk pada saat mendekati lebaran. “Karena akan berdampak pada fleksibilitas pilihan distribusi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News