kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.328   -21,00   -0,13%
  • IDX 7.379   92,25   1,27%
  • KOMPAS100 1.042   3,89   0,37%
  • LQ45 790   2,14   0,27%
  • ISSI 245   3,44   1,43%
  • IDX30 409   1,44   0,35%
  • IDXHIDIV20 468   1,34   0,29%
  • IDX80 117   0,44   0,38%
  • IDXV30 119   0,56   0,47%
  • IDXQ30 130   0,18   0,14%

Industri mamin tersandera bahan baku impor


Jumat, 19 Februari 2016 / 12:25 WIB
Industri mamin tersandera bahan baku impor


Reporter: Mimi Silvia | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Industri makanan dan minuman selama ini masih terjajah oleh bahan baku yang masih impor. Alhasil, bila harga bahan baku naik diikuti oleh menguatnya Dollar AS, maka otomatis harga makanan dan minuman akan naik. Sementara investor di sektor hulu kesulitan mencari lahan yang luas untuk pabrik.

Produk makanan dan minuman hingga saat ini masih tersandera pada bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku yang mesti didatangkan dari luar negeri produknya beragam. Sebut saja gula saat ini impornya mencapai 100%, garam diimpor mencapai 80%. Selain itu, susu dan buah-buahan juga masing-masing diimpor 70%. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyatakan, dengan fenomena itu, maka Gappmi berharap agar investor yang bakal berinvestasi di industri makanan lebih ke industri hulu atau industri intermediate. "Biar nanti bisa menunjang pasokan bahan baku bagi industri makanan dan minuman," kata Adhi, Selasa (16/2).

Walaupun begitu, Gappmi hanya bisa bertindak sebagai fasilitator, tempat para investor biasanya mencari informasi mengenai market dan kondisi pasar Indonesia.

Sebagaimana diketahui, saat ini investor berdatangan dari berbagai negara, diantaranya dari Jepang, Korea Selatan, dan bahkan juga dari Timur Tengah. "Ada investor Timur Tengah ingin berinvestasi pada industri susu segar," kata Adhi. Sayangnya ketika dikonfirmasi nama perusahaannya, Adhi mengaku tidak hafal.

Sementara itu, Suroso Natakusumah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) mengungkapkan, salah satu bahan baku seperti raw sugar saat ini diimpor dari berbagai negara, yaitu Thailand dan Amerika Serikat. Jadi wajar bila saat harga bahan baku naik ditambah dengan kurs maka produsen minuman ringan juga secara otomatis bakal menaikkan harga. 

"Namun karena pertimbangan daya beli lemah, kenaikan harga tidak besar," katanya kepada KONTAN, Selasa (16/2).

Dalam pengamatan Suroso banyak investor yang ingin berinvestasi pada industri raw sugar ini. Hanya saja terkendala oleh ketersediaan lahan. Lahan yang dibutuhkan kisaran 10.000-50.000 ha. 

Sehingga sampai saat ini belum berdiri pabrik raw sugar. Nah selain raw sugar, produsen minuman ringan juga mengimpor konsentrat untuk minuman jus.
Biasanya konsentrat ini didatangkan dari India, Amerika Serikat, dan Brazil. "Perlu dicatat, dibandingkan produk makanan, produk minuman ketergantungan dengan bahan bakunya lebih sedikit," tutup Suroso.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×