Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri manufaktur mewaspadai kondisi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sisi lain, perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat menambah kekhawatiran masuknya produk impor masuk.
Ketua Umum Gabungan Pengusahan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman menjelaskan industri makanan dan minuman (mamin) masih mengkaji soal depresiasi rupiah tersebut.
Menurutnya dampak langsung terasa yakni berpengaruh ke harga pokok. "Yang jelas harga bahan baku yang mayoritas impor sudah pasti akan menggerus marjin laba industri," kata Adhi kepada KONTAN, Selasa (3/7).
Adhi memperkirakan marjin laba akan industri mamin akan turun 3% sampai 5% akibat pelemahan nilai tukar. Adapun jalan terakhir agar bisa mengurangi kerugian pelaku industri yakni menaikan harga jual dari produk.
Untuk kuartal III-2018 pengusaha masih adaptasi. "Bila kondisi ini terus berlanjut sampai akhir Juli kemungkinan akan ada kenaikan harga di kuartal IV-2018," kata Adhi.
Hingga semester I-2018, permintaan masih terbilang baik ketimbang periode sama tahun lalu. Adhi menilai kondisi penjualan lebaran pun juga lebih baik. "Semester dua kita masih optimis permintaan masih baik," katanya.
Sementara, Direktur PT Krakatau Steel Tbk, Purwono Widodo menjelaskan, penguatan dollar AS di satu sisi akan berdampak terhadap penghentian rencana impor baja. Karena membuat harga akan menjadi mahal. Tapi di sisi lain menyebabkan pasar terganggu karena konsumen cenderung wait and see sambil mencermati pergerakan kurs.
Purwono juga menilai dampak perang dagang akan membuat pengalihan baja Cina yang biasa diekspor ke Amerika Serikat ke negara lain. Salah satunya Indonesia yang punya regulasi impor dagang lemah.
Regulasi yang bermasalah berasal dari Permendag No 22/2018 yang mendorong konsumen untuk melakukan impor. Dari data internal Krakatau Steel menunjukkan impor dari Cina mayoritas adalah baja paduan dengan harga yang murah. "Jadi sudah sangat mendesak untuk pemerintah turun tangan," kata Purwono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News