kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri otomotif siap masuk revolusi industri 4.0


Minggu, 02 Desember 2018 / 21:32 WIB
Industri otomotif siap masuk revolusi industri 4.0
ILUSTRASI. Pabrik mobil Toyota Motor Manufacturing Indonesia


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur di seluruh dunia sedang bertransformasi untuk menyambut era revolusi industri 4.0. Era tersebut menekankan kolaborasi antara proses manufaktur dengan dunia digital, khususnya melalui pemanfaatan platform Internet of Things.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara menjelaskan tujuan transformasi itu adalah mencari langkah-langkah strategis yang dapat lebih mengefisienkan dan mengoptimalkan proses produksi agar mencapai output yang maksimal dan berkualitas.

Menurut Ngakan, guna memastikan implementasi industri 4.0 bisa mencapai sasaran tersebut, pihaknya aktif memberikan arahan kepada balai-balai di lingkungan Kemenperin untuk merevitalisasi komponen- komponen di dalamnya seperti peralatan laboratorium. Bahkan juga gencar mendorong kegiatan riset yang berbasis industri 4.0.

“Hasil-hasil litbang dan inovasi dari Kemenperin banyak yang telah dimanfaatkan oleh para pelaku industri di dalam negeri. Selain itu, terus dikembangkan melalui kerja sama dengan para stakeholder secara berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan daya saing sektor manufaktur nasional,” paparnya Jumat akhir pekan lalu.

Adapun di dalam peta jalan (roadmap) Making Indonesia 4.0, telah ditetapkan lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia dan elektronika.

Di sektor otomotif, Kukuh Kumara, Sekretaris Umum (Sekum) Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) menjelaskan industri otomotif nasional pada dasarnya sudah menerapkan industri 4.0. Hal ini demi kepentingan efisiensi produksi. "Dari bagian Research and Development (RnD) sampai ke bagian produksi kendaraan sudah menggunakan sistem komputer dan internet," kata Kukuh kepada Kontan.co.id, Minggu (2/12).

Menurutnya investasi untuk masuk ke industri 4.0 sudah masuk dalam bagian investasi yang dikeluarkan oleh tiap pabrikan otomotif. Sedangkan untuk sistem teknologi, mayoritas pelaku industri otomotif banyak mengunakan pihak ketiga. "Tujuan akhirnya untuk peningkatan kualitas produk, meningkatkan produktivitas, dan juga efisiensi waktu," kata Kukuh.

Manfaat lainnya dengan adanya peneerapan industri yakni adanya pengurangan cacat produksi."Misalnya dengan jumlah karyawan yang sama rasio defect (cacat) produksi sebelum masuk ke industri 4.0 sebanyak 20%. Nah setelah masuk ke industri 4.0 cacat produksinya berkurang menjadi 5% sampai 10%," kata Kukuh.

Menurut Kukuh, merupakan persepsi salah bila masuk ke industri 4.0 maka ada pengurangan karyawan. Menurutnya karyawan yang ada justru akan bergeser pekerjaannya (Shifting) atau bahkan bisa ada penambahan jumlah karyawan. "Sehingga perlu ada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar bisa lebih banyak mengontrol mesin atau robot itu," katanya.

Peningkatan sumber daya manusia memang menjadi kunci agar industri 4.0 bisa berjalan dengan baik di Indonesia. Beberapa saat lalu langkah edukasi SDM tersebut dilaksanakan oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bersama dengan 130 pemasok lokal lapis ke-1 dan lapis ke-2 menutup pelaksanaan Toyota Production System (TPS) Jishuken ke-11dengan menyelenggarakan TPS Lecture and Sharing Session.

TPS Jishuken merupakan sebuah program yang bertujuan untuk transfer keahlian dan ketrampilan dari Toyota kepada para pemasok. Program ini merupakan salah satu upaya Toyota untuk mempersiapkan rantai pasok dalam menyongsong industri 4.0 yang saat ini tengah menjadi fokus perhatian pemerintah. Pada akhirnya program ini diharapkan dapat memberi kontribusi nyata dalam memperkuat daya saing industri otomotif nasional.

Wakil Presiden Direktur TMMIN Edward Otto Kanter menjelaskan Toyota Indonesia menjalankan kemitraan yang erat dengan pemasok lokal agar dapat bersama-sama tumbuh dan meningkatkan kualitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Kemitraan ini didedikasikan untuk membangun pemasok melalui transfer keahlian yang mengutamakan pada pengembangan sumber daya manusia yang handal dengan keterampilan level global dalam menyambut era revolusi industri 4.0.

"TMMIN juga merangkul pemasok lapis ke-1 untuk mentransfer pengetahuan ini ke pemasok-pemasok mereka sehingga efek domino dapat tercapai. Harapannya, bersama-sama kami dapat berkontribusi pada peningkatan daya saing industri otomotif Indonesia sehingga dapat menjadi pilihan terbaik bagi konsumen dalam negeri dan di pasar ekspor,” ujar Edward pekan lalu.

Aktivitas TPS Jishuken diperkenalkan pertama kali pada tahun 2007, dan hingga penyelenggaraannya yang ke-11 telah melakukan aktivitas pengenalan TPS serta pengembangan 18 TPS Leader dari 17 perusahaan pemasok lokal lapis ke-1 yang akan melakukan penularan lebih luas atas konsep TPS baik di perusahaan masing-masing maupun di perusahaan-perusahaan pemasok lokal lapis ke-2. Kedepannya diharapkan sebanyak 40 perusahaan pemasok lokal lapis 1 akan terlibat aktif dalam program TPS Jishuken untuk menciptakan 40 TPS Leader.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×