kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri ritel tertekan akibat pandemi virus corona (Covid-19)


Jumat, 09 Oktober 2020 / 10:34 WIB
Industri ritel tertekan akibat pandemi virus corona (Covid-19)


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor bisnis ritel menjadi salah satu sektor yang terkena dampak pagebluk corona (covid-19). Selain permintaan pasar yang menurun, tantangan juga datang komponen-komponen biaya pengeluaran tetap alias fixed cost yang mesti dibayarkan pengusaha.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan, fenomena-fenomena seperti pemotongan gaji hingga perumahan karyawan yang dijumpai pada sektor swasta berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat.

Buntutnya, konsumsi masyarakat terhadap barang-barang yang dijual oleh pelaku usaha ritel menjadi menurun dengan tingkat yang bervariasi.

Baca Juga: Daya beli terungkit, penjualan eceran Agustus 2020 naik

Penurunan permintaan paling dalam terutama dijumpai pada sektor bisnis ritel yang menjual barang-barang di luar kebutuhan pokok.

“Kalau ritel yang menjual barang-barang kebutuhan pokok mungkin masih bisa survive,” kata Hariyadi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/10).

Tantangan yang dihadapi oleh para pebisnis ritel tidak berhenti sampai di situ. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, para pelaku bisnis ritel juga dihadapkan pada tantangan berupa komponen biaya pengeluaran-pengeluaran tetap yang sulit turun secara signifikan.

Untuk biaya sewa tempat misalnya. Hariyadi bilang, tarif sewa tempat bagi pebisnis ritel cukup sulit untuk diturunkan, sebab pihak pengelola ataupun pemilik tempat juga  memiliki beban-beban biaya tetap yang besarannya sulit untuk dikurangi.

“Kalaupun (biaya sewa) turun, turunnya enggak banyak,” ujarnya.

Baca Juga: Penjualan eceran kuartal III-2020 membaik dari kuartal II-2020

Dengan kondisi yang ada sekarang, Hariyadi memproyeksi bahwa sektor industri ritel pada tahun ini akan mengalami koreksi dengan tingkat yang bervariasi, bergantung jenis barang yang dijual.

Menurutnya, pemulihan pada sektor bisnis ritel akan sangat bergantung pada realisasi produksi dan distribusi vaksin corona (covid-19). Hal tersebut dinilai akan mendorong tingkat kepercayaan konsumen untuk kembali meningkatkan konsumsi di industri ritel.

Senada, CEO PT Mega Perintis Tbk,  FX Afat Adinata menuturkan, seperti indsutri terdampak lainnya, industri ritel tengah mengalami tekanan akibat pandemi corona (covid-19). Dampaknya tidak tanggung-tanggung, permintaan pasar bahkan bisa turun hingga 50% dibanding angka permintaan normal.

Baca Juga: Ini masalah yang dihadapi industri ritel di tengah pandemi Covid-19

Penyebabnya ada dua, yakni daya beli masyarakat yang melemah serta kegiatan operasional pusat perbelanjaan yang dibatasi di tengah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini dialami di saat komponen biaya-biaya yang ditanggung oleh pelaku usaha ritel tidak bisa diturunkan secara signifikan.

“Jadi industri retail berupaya bertahan dalam situasi sekarang dengan melakukan banyak langkah agar bisa tetap beroperasi untuk kelangsungan bisnis sambil menunggu vaksin siap didistribusikan,” kata Afat kepada kepada Kontan.co.id, Kamis (8/10).

Selanjutnya: Aprindo beberkan masalah yang dihadapi industri ritel di tengah pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×