kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri terpapar efek kelangkaan pasokan garam


Selasa, 01 Agustus 2017 / 05:29 WIB
Industri terpapar efek kelangkaan pasokan garam


Reporter: Ivana Wibisono, Siti Maghfirah | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Kelangkaan pasokan garam di dalam negeri beberapa pekan terakhir ini ternyata tidak hanya dikeluhkan masyarakat. Kelangkaan si asin ini juga memukul hingga ke sektor industri.

Ketua Asosiasi Biskuit, Roti dan Mi (Arobim) Sribugo Suratmo mengatakan, isu kelangkaan stok garam telah menghambat produksi makanan anggotanya. "Sangat berdampak waktu itu, stok bahan baku berkurang dan proses produksi agak terlambat," kata Sribugo, kepada KONTAN, Senin (31/7).

Untungnya, kondisi ini tidak berlarut-larut. Pasalnya, para pemasok sudah memiliki stok yang cukup lama, sehingga tidak sampai membuat persediaan garam kosong. Sribugo juga menyambut positif keputusan pemerintah yang mengizinkan impor garam untuk menutupi kekurangan.

Walaupun sempat kesulitan mendapatkan bahan baku garam, para pengusaha makanan tidak menaikkan harga jual produk mereka. Sribugo mengaku, saat ini pasokan garam sudah mulai kembali lancar. "Sekarang pelan-pelan suplai sudah mulai pulih kembali," ujar Sribugo.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, industri makanan dan minuman tidak akan menaikkan harga jual mereka, karena pemakaian garam yang sedikit dalam produksi pangan. "Kenaikan harga garam ini masih bisa diatasi. Misalnya diatasi dengan efisiensi pengeluaran tiap perusahaan makanan dan minuman," ungkap Adhi.

Di industri kimia, kekurangan bahan baku garam juga sempat dirasakan. Direktur PT Asahimas Chemical Eddy Sutanto mengatakan, pihaknya sempat mengalami kekurangan stok garam tiga pekan lalu lalu sehingga menghambat produksi. Eddy bilang, garam merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polyvinyl chloride atau PVC.

Selain itu, garam juga digunakan untuk produksi natrium hidroksida (NaOH) sebagai campuran pembuatan pulp, kertas, dan detergen. Untuk memenuhi kebutuhan industri, Asahimas Chemical memerlukan sekitar 800.000 ton-850.000 ton garam setiap tahun.

Eddy menambahkan, garam produksi dalam negeri tidak dapat menyuplai kebutuhan perusahaannya. Hal ini dikarenakan spesifikasi garam jauh dari standar yang dibutuhkan. "Karena kalori dan kandungan kimianya beda. Yang cocok, ya, cuma dari dua negara tersebut," ujarnya.

Sekadar catatan, industri aneka pangan hanya menggunakan garam dengan natrium chlorida (NaCl) maksimal 97%. Sedangkan, industri chlor alkali plant (CAP) atau kimia dasar, membutuhkan NaCl hingga mencapai 99%. Sementara kualitas garam petani di Indonesia jauh dari kebutuhan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×