kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini alasan industri tidak pakai mesin buatan lokal


Rabu, 04 Desember 2013 / 16:41 WIB
Ini alasan industri tidak pakai mesin buatan lokal
ILUSTRASI. Rutin Minum! Inilah 4 Minuman Bisa Meredakan Jerawat Meradang


Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Para pelaku industri manufaktur sepertinya sulit untuk mengikuti keinginan pemerintah agar membeli produk mesin manufaktur dalam negeri. Pasalnya, banyak mesin yang kualitasnya tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan pelaku usaha.

Seperti diungkapkan oleh Rudianto, Assisten Manager Indonesia Mold and Dies Industri Association (Imdia). Menurutnya pelaku usaha dibidang mold and dies masih akan menggunakan mesin manufaktur impor. Hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor.

Pertama yaitu tidak seimbangnya antara permintaan dan produksi mesin di dalam negeri.”Jumlah produsen dan kapasitas produksi yang masih sangat minim, jadi belum ada yang mengandalkan buatan lokal," ujar Rudianto Rabu (4/12) di sela-sela pameran Manufacturing Indonesia 2013 yang diselenggarakan di Jakarta Internasional Expo Kemayoran Jakarta.

Sedangkan faktor yang kedua yakni kualitas mesin yang belum teruji. Padahal kata Rudi, untuk membuat mold and dies yang berkualitas tinggi membutuhkan mesin yang berkualitas baik juga. Misalnya saja tingkat kepresisian mesin yang tinggi. Dan itu belum bisa dipenuhi oleh produsen mesin lokal.

Nah, masih rendahnya kemampuan produsen mesin dalam negeri inilah yang membuat pelaku manufaktur lebih mengandalkan pasokan mesin dari luar negeri.

Meski begitu, kedepan IMDIA  akan berupaya untuk bisa meningkatkan lokalisasi peralatan dan komponen pada industri mold dan dies. "Tahun 2012 lalu tingkat lokalisasinya 42%, tahun 2013 ini sudah mulai naik menjadi 45%," kata Rudianto.

IMDIA menargetkan hingga 2015 nanti, lokalisasi peralatan di industri mold and dies bisa mencapai 60%. Salah satu langkah yang dilakukan asosiasi untuk meningkatkan lokalisasi tersebut dengan mengoptimalkan bahan baku dari Indonesia yang dapat digunakan sebagai mesin pencetak maupun komponen mesin yang digunakan oleh para pelaku industri yang tergabung dalam asosiasi.

Menurut Rudi saat ini untuk deis tingkat lokalisasi sudah mencapai 80%, tetapi untuk mold belum sampai 80% lokalisasi. "Mold belum sampai 80% karena masih banyak sekali yang pembuatanya diluar negeri," ujarnya.

Ia menambahkan hal tersebut dapat diamati melalui proses produksi elektronik dan otomotif yang tingkat lokalisasinya masih jauh dari 80%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×