Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Kesiapan Dana Ekspansi
Direktur Adaro Energy Michael William Soeryadjaya meyakinkan ,dengan posisi neraca yang kuat lebih dari US$ 1 miliar dan dana yang sudah dicadangkan, ADRO tidak menemui kendala untuk menggarap proyek smelter aluminium dan PLTA fase pertama.
Lagipula, tak seperti batubara, pendaaan untuk ekspansi ke bisnis EBT dan industri hijau lebih mudah terhimpun.
"Sulit mendapatkan pinjaman untuk proyek batubara. Tapi untuk proyek kami yang green, itu yang mau mendanai antre. Jadi saya rasa, harusnya nggak ada masalah," ungkap Michael.
Selain dari kas internal, ADRO punya beberapa opsi untuk mendanai ekspansi ke bisnis hijau. Mulai dari pinjaman perbankan, hingga melalui instrumen pasar modal, termasuk opsi Intial Public Offering (IPO).
Baca Juga: Bukan Untuk Dividen, Ini Penggunaan Laba Bersih Adaro Minerals (ADMR) Tahun 2023
Hanya saja, terkait opsi IPO di pilar Adaro Green, Boy Thohir mengisyaratkan bahwa ADRO belum terburu-buru untuk melepasnya ke pasar saham.
Pasalnya, saat ini sejumlah proyek jumbo Adaro Green juga masih dalam tahap pembangunan "Tunggu dulu, masih perlu waktu," kata Boy.
Sedangkan untuk tahun ini, Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Lukman menyampaikan ADRO mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar US$ 600 juta - US$ 700 juta.
Sebagian masih akan digunakan untuk tambang batubara, termasuk pembelian alat berat, tongkang dan aset logistik.
Hingga kuartal I-2024, ADRO sudah menyerap capex sebesar US$ 206 juta atau naik sekitar 56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Terutama diserap untuk pembelian dan penggantian alat berat, tongkang, serta investasi di smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya.
Baca Juga: Anak Usaha Adaro Energy Rekrut Lulusan SMA dan SMK di Sekitar Operasi Tambang