Reporter: Petrus Dabu | Editor: Asnil Amri
MUARA ENIM. Wilayah kerja operasi migas terutama yang berada di darat (on sore) rawan mengalami gangguan sosial seperti aksi sabotase aset atau teror terhadap pekerja migas.
Namun, hal-hal semacam ini bisa dicegah jika perusahaan migas tersebut bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi. Pendapat ini disampaikan oleh Manajer Operasi PT Medco E&P Lematang Iwan Sutrisno.
Menurut Sutrisno, Medco mengambil alih operasi blok Lematang tahun 2003 lalu, dan sejak itu relatif tak ada gangguan keamanan yang menghambat operasi blok yang berlokasi di Desa Sukamenanti dan Desa Embawang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Rumusnya, kata Sutrisno, pihaknya rajin melakukan sosialisasi tentang keberadaan wilayah kerja migas sebagai objek vital nasional. Tak hanya itu, Medco juga gemar melakukan kegiatan sosial seperti pemberdayaan petani melalui pertanian organik dan penyelenggaraan pendidikan usia dini.
“Dan kami juga mempekerjakan masyarakat lokal di sini. Dari 250 total pekerja, 90% adalah orang Sumatera Selatan,” ujar Sutrisno saat menerima kunjungan wartawan di blok Lematang, Rabu (27/11).
Saat kunjungan media dilakukan, beberapa kelompok tani yang dibina Medco juga turut hadir. Ada lima kelompok tani di bawah binaan Medco E&P Lematang, masing-masing empat di desa Sukamenanti dan satu di Desa Embawang.
Para petani belajar membuat pupuk organik sehingga tidak tergantung pada pupuk kimia. “Medco mendatangkan satu penyuluh pertanian dari Bogor,”ujar Barkah, Ketua Kelompok Tani Sarwangi di desa Sukamentani.
Pria 51 tahun ini menuturkan, selain belajar membuat pupuk organik, kelompok-kelompok tani juga diajarkan cara mencangkok tanaman.
Usman Gumanati, Ketua Kelompok Tani dari Desa Embawang mengatakan, penggunaan pupuk organik di kelompok bisa melipatgandakankan hasil sawah mereka. “Selama ini, rata-rata hasil panenan tiga ton per hektare, sekarang sudah menjadi 7,5 ton per hektare,” katanya.
Kelompok tani di desa Embawang, katanya memiliki luas sawah 38 hektare. Dalam setahun, para petani bisa menggarap sawahnya dua kali.
Perlu diketahui, di Blok Lematang seluas 119,8 hektare itu terdiri dari dua sumur produksi, yaitu Sumur Singa satu dan Singa tiga. Dua sumur tersebut mulai berproduksi pada April 2010. “Saat ini produksi gasnya setiap harinya sebesar 38 BBTUD,”papar Sutrisno.
Gas itu langsung di jual ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk ini. Sutrisno bilang, sejatinya gas dari dua sumur itu bisa ditingkatkan lagi. Karena dua sumur produksi itu sebenarnya memiliki kapasitas produksi, masing-masing singa satu sebesar 50 BBTUD dan 90 BBTUD untuk singa tiga.
Hanya saja, menurutnya Medco belum bisa meningkatkan kapasitas produksinya karena mempertimbangkan permintaan pasar dan kapasitas sistem jarigan pipa transmisi gas yang ada di Sumatera Selatan.
Catatan saja, gas dari blok Lematang ini mengalir melalui pipa sepanjan 42 kilometer yang dibangun sendiri Medco, menuju Pagardewa, stasiun penampung milik PGN di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Dari stasiun gas itu, gas-gas dari lapangan migas yang ada di wilayah Sumatera Selatan masuk ke sistem jaringan pipa transmisi South Sumatera West Jawa (SSWJ).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News