kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini cara Tower Bersama (TBIG) bayar utang jatuh tempo


Jumat, 27 Maret 2020 / 18:06 WIB
Ini cara Tower Bersama (TBIG) bayar utang jatuh tempo
ILUSTRASI. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV sebesar Rp 1,5 triliun. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV sebesar Rp 1,5 triliun. Surat utang itu terdiri atas obligasi senilai Rp 633 miliar dengan kupon 6,25% dan tenor 370 hari, serta obligasi sebesar Rp 867 miliar dengan kupon 7,75% dan tenor 3 tahun. Kupon obligasi ini akan dibayarkan setiap kuartal.

Obligasi III Tahap IV adalah setara kewajiban senior tanpa jaminan khusus dari Tower Bersama. Penggunaan dana dari penawaran ini, setelah dikurangi biaya penerbitan, untuk pembayaran sebagian kewajiban finansial dari anak usaha perseroan. Khususnya, fasilitas pinjaman revolving US$ 375 juta dari credit facilities yang ada.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) bukukan pendapatan Rp 4,7 triliun pada 2019

Obligasi III Tahap IV yang diterbitkan Tower Bersama telah memperoleh peringkat AA- dari Fitch Indonesia. Obligasi tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 Maret 2020.

CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso menjelaskan, perseroan memiliki profil likuiditas yang sangat kuat dengan profil jatuh tempo hutang pada akhir tahun. Perseroan berhasil mengakses pasar obligasi USD dan IDR dengan obligasi 5 tahun USD $ 350 juta pada bulan Januari yang lalu serta obligasi Rp 1,5 triliun pada awal minggu ini.

"Dalam 12 bulan ke depan, perseroan akan membayar seluruh obligasi rupiah sebesar Rp 2,15 triliun dengan menggunakan arus kas operasional yang kuat serta fasilitas kredit revolving yang kami miliki," ujar Helmy dalam keterangan resmi, Kamis (26/3).

Asal tahu saja, hingga 30 September 2019, total pinjaman perseroan, jika pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindungi nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp 21,12 triliun. Sedangkan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 13,18 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 333 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 20,78 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp 12,85 triliun.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) siap lakukan buyback 1,13 miliar saham

Jika menggunakan EBITDA kuartal III-2019 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA sebesar 3,2 kali dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA sebesar 5,1 kali.

“Di tengah ketidakpastian keadaan pasar saat ini, kami sukses memasuki pasar obligasi rupiah dengan harga yang kompetitif,” kata Helmy.

Obligasi III Tahap IV tidak memberikan pengaruh pada leverage perusahaan, karena akan dipakai untuk membayar pinjaman yang ada. Leverage perseroan masih jauh di bawah pembatasan obligasi untuk tidak lebih tinggi dari 6,25 kali untuk rasio total pinjaman (yang diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan.

“Kami memiliki struktur utang yang sangat kuat, utang yang sepenuhnya terlindung nilai, jangka panjang, dan masih banyak ketersediaan komitmen yang belum digunakan. Obligasi III Tahap IV ini mendiversifikasi dan memperkuat struktur permodalan kami," katanya.

Baca Juga: Enam Perusahaan Merilis Obligasi Senilai Rp 5,2 Triliun

Sementara itu, Tower Bersama juga menyampaikan rencana pembelian kembali (buyback) saham. Perseroan berniat membeli sebanyak 1,13 miliar saham atau sekitar 5% dari modal disetor. Adapun dana yang dialokasikan sebesar Rp 22,65 miliar.

Buyback saham dilakukan mulai 24 Maret 2020 hingga 23 Juni 2020. PT Indo Premier Sekuritas ditunjuk sebagai perantara. Pembelian kembali saham tidak akan berpengaruh terhadap pendapatan perseroan, karena perseroan memiliki dana yang cukup untuk melakukan pembelian kembali dan membiayai kegiatan usaha.

Selain itu, Helmy menjelaskan, pendapatan perusahaan secara eksklusif berdasarkan kontrak 10 tahun yang tidak dapat dibatalkan dari pelanggan telekomunikasi Tower Bersama. karenanya Helmy berharap tidak ada dampak pada pendapatan Tower Bersama dari COVID-19 terhadap pendapatan kontrak perseroan.

"Kami menyadari situasi ini tetap sangat dinamis. Kami akan terus memberikan informasi terbaru dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan operasional kami tetap berjalan lancar," ujarnya.

Baca Juga: Ada enam obligasi korporasi baru pada Maret ini, seperti apa prospeknya?

Perlu diketahui, Tower Bersama berhasil membukukan pendapatan Rp 4,7 triliun pada 2019. Jumlah ini naik 8,81% dibanding pendapatan tahun 2018 yang sebesar Rp 4,32 triliun. Seluruh pendapatan ini berasal dari bisnis sewa menara telekomunikasi dan properti investasi.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat (27/3), perusahaan dengan porsi sewa terbesar masih dipegang oleh PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), yakni mencapai Rp 2,01 triliun atau 43% dari total pendapatan TBIG 2019. Disusul oleh PT Indosat Tbk (ISAT) sebesar Rp 1,01 triliun (22%), PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 844,42 miliar (18%), PT Hutchison 3 Indonesia Rp 526,68 miliar (11%), dan PT Smartfren Telecom Rp 264,8 miliar (6%).

TBIG juga mencatatkan kinerja positif pada bottom line-nya. Laba bersih TBIG pada 2019 meningkat 20,41% yoy menjadi Rp 819,45 miliar. Padahal, pada 2018, laba bersih TBIG baru sebesar Rp 680,58 miliar.

Baca Juga: Kondisi sedang bergejolak, sejumlah perusahaan tetap terbitkan obligasi

Sebagai catatan, beban pokok penjualan TBIG pada 2019 meningkat 15,22% yoy menjadi Rp 903,45 miliar. Lalu, beban usaha naik 11,79% yoy ke Rp 426,43 miliar. Sementara itu, beban lain-lain hanya bertambah 0,5% menjadi Rp 2,15 triliun.

Adapun aset TBIG per akhir 2019 mencapai Rp 30,87 triliun atau naik 6,04% secara tahunan. Ini sejalan dengan utang TBIG yang berkurang 0,34% yoy menjadi Rp 25,35 triliun dan ekuitas yang melesat 50,11% yoy menjadi Rp 5,52 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×