kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.280   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Ini Harapan IdEA Agar E-Commerce Lokal Bertahan di Tengah Dominasi Platform Asing


Rabu, 04 Juni 2025 / 21:47 WIB
Ini Harapan IdEA Agar E-Commerce Lokal Bertahan di Tengah Dominasi Platform Asing
ILUSTRASI. Industri e-commerce Indonesia kian kompetitif dengan dominasi dari pemain global, industri lokal yang mampu bersaing semakin berkurang. KONTAN/Muradi/2023/08/24


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri e-commerce Indonesia kian kompetitif dengan dominasi yang makin kuat dari pemain global. Sementara itu, jumlah pemain lokal yang mampu bersaing dalam skala besar semakin berkurang.

Menanggapi fenomena ini, idEA menilai bahwa kondisi tersebut mencerminkan tantangan struktural sekaligus kebutuhan akan strategi nasional yang lebih afirmatif.

“Memang benar bahwa saat ini terdapat dominasi dari pemain asing, namun perlu juga dilihat bahwa beberapa dari mereka telah melakukan proses lokalisasi yang signifikan,” ujar Budi Primawan, Sekretaris Jenderal idEA, kepada Kontan, Rabu (4/6).

Ia merujuk pada langkah seperti pembentukan badan usaha di Indonesia, perekrutan tenaga kerja lokal, hingga kemitraan dengan UMKM dan mitra logistik nasional.

Baca Juga: E-commerce Asing Kian Dominan, Kemendag Siapkan Langkah Jaga Ekosistem Digital

Namun demikian, Budi menilai menurunnya jumlah pemain lokal dapat menjadi alarm atas sejumlah tantangan serius, mulai dari keterbatasan akses terhadap modal, daya saing teknologi, hingga kebutuhan akan skala ekonomi yang sulit dicapai tanpa dukungan kebijakan dan kolaborasi lintas sektor.

Lebih lanjut, idEA menyoroti risiko jangka panjang jika ekosistem e-commerce nasional terlalu bergantung pada entitas global. Salah satunya adalah risiko kedaulatan data dan algoritma. “Jika platform utama dikuasai oleh entitas luar, maka kontrol atas data konsumen dan arah inovasi bisa tidak sepenuhnya berpihak pada kepentingan nasional,” jelas Budi.

Selain itu, ada pula risiko ketimpangan struktur pasar, di mana pemain lokal akan kesulitan bersaing, apalagi jika menghadapi praktik subsidi silang atau predatory pricing yang sulit diimbangi.

Tidak kalah penting, kebijakan strategis yang diputuskan di luar negeri, seperti penarikan investasi atau perubahan arah bisnis, bisa berdampak langsung terhadap pelaku usaha dan konsumen di Indonesia.

Baca Juga: Pemain Asing Makin Mendominasi Bisnis E-Commerce di Indonesia

Untuk itu, idEA menilai perlunya intervensi kebijakan yang lebih tegas dari pemerintah guna menjaga keberagaman pemain dan memperkuat kedaulatan digital nasional. “Bentuk intervensi bisa berupa insentif fiskal dan nonfiskal, kebijakan preferensi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta penguatan ekosistem digital lokal,” sebut Budi.

Ia menekankan bahwa pendekatan ini tidak berarti menghambat investasi asing, melainkan menciptakan lapangan bermain yang setara (level playing field) bagi semua pelaku. “idEA juga mendorong adanya kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sipil agar ekosistem e-commerce Indonesia bisa tetap inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Selanjutnya: Kinerja Saham Multifinance Bervariasi, Begini Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: Ini 7 Perbedaan Tabungan dan Deposito yang Harus Anda Pahami di Tahun 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×