kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,43   -7,06   -0.76%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kata Kadin soal polemik bisnis tes PCR


Jumat, 12 November 2021 / 19:21 WIB
Ini kata Kadin soal polemik bisnis tes PCR
ILUSTRASI. Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak semua pihak melakukan langkah-langkah konstruktif untuk menghentikan berbagai polemik terkait bisnis tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Hal ini dinilai meresahkan pengusaha dan masyarakat, karena diduga ada pihak tidak bertanggung jawab, yang sengaja bermain di tengah pusaran bisnis tes PCR.

Demikian diungkapkan Koordinator Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Peningkatan Kualitas Manusia, Ristek, dan Inovasi, Carmelita Hartoto mengajak semua pihak bersikap terbuka dan menggunakan data konkret untuk mengkaji keberlangsungan bisnis tes  PCR sehingga masyarakat tidak terjebak dalam polemik PCR. 

Saat ini, dia bilang banyak beredar informasi yang bias dan distorsi komunikasi yang mengakibatkan terjadinya kesimpangsiuran pemberitaan di media. “Kita masih di tengah pandemi. Jangan sampai polemik ini mengendurkan kewaspadaan kita, sehingga jika ada battle baru kita menjadi lengah dan kalah. Jangan. Kita harus terus waspada,” kata dia dalam keterangannya, Jumat (12/11).

Menurut Carmelita, saat ini  pengusaha sangat serius  berusaha memulihkan sektor kesehatan agar dapat  membangkitkan kembali  ekonomi nasional, yang terpuruk akibat terjangan gelombang pandemi Covid-19. “Selama kesehatannya tidak berkembang  maka ekonominya juga melempem. Dalam lintasan waktu inilah, kita sampai dalam momen polemik bisnis PCR, setelah gelombang Covid-19 beberapa bulan lalu yang sangat mengerikan itu mereda. Publik sekarang juga dibawa masuk ke polemik ini,” kata dia.

Baca Juga: Bio Farma akan tambah kapasitas vaksin Covid-19 menjadi 350 juta dosis di 2022

Diakui Carmelita, pemeriksaan PCR adalah salah satu instrumen dalam penanganan pandemi Covid-19, meskipun harganya mahal dan sebagian besar peralatan yang digunakan diimpor. Pada sekitar April 2020, lanjutnya, uji specimen di Indonesia hanya sekitar  7.000-an per hari, dibandingkan Malaysia yang mencapai puluhan ribu per hari dan Korea Selatan berkisar ratusan ribu specimen per hari. 

"Saya melihat pemerintah, pelaku usaha baik swasta maupun BUMN bergerak cepat dan bersama-sama  mengatasi pandemi dan meningkatkan kapasitas pengetesan tanpa menurunkan kualitasnya,” ujarnya.  

Sementara Anggota Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena  berharap  semua pihak untuk bersikap dewasa dengan membuka data secara apa adanya sehingga penurunan harga tes PCR tidak menyulitkan pelaku usaha. Dikatakan, penurunan harga tes PCR sama seperti kebijakan Presiden Joko Widodo saat menerapkan BBM satu harga di Papua sehingga harganya sama dengan daerah lainnya di Indonesia.

“Karena tes PCR  adalah golden standard dalam penanganan Covid-19, pemerintah juga mulai memikirkan untuk mendistribusikan dengan adil tes PCR ke seluruh Tanah Air dan memberikan subsidi untuk daerah-daerah yang berpotensi kenaikan kasus positif cukup tinggi,” katanya.

Selanjutnya: Jangka menengah panjang, Bio Farma akan bangun pabrik bioteknologi skala besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×