kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,33   -18,40   -1.99%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kebutuhan dana dan lahan untuk swasembada gula


Rabu, 08 April 2015 / 14:45 WIB
Ini kebutuhan dana dan lahan untuk swasembada gula
ILUSTRASI. BMKG meramalkan cuaca besok di Jawa Timur akan cerah hingga brawn pada Jumat (27/10)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Untuk mengejar target swasembada gula pada tahun 2019 butuh dana yang tidak sedikit. Sebab setiap pembangunan Pabrik Gula (PG) menelan biaya rata-rata Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun. Bila pemerintah mengandeng swasta membangun PG dengan kapasitas mulai 10.000 Ton Cane per Daya (TCD), maka butuh sekitar tujuh sampai delapan pabrik.

Dengan rata-rata investasi sekitar Rp 2 triliun per pabrik, maka pemerintah harus menggelontorkan dana  Rp 14 triliun hingga Rp 16 triliun. Namun bila pemerintah mengandeng swasta berinvestasi, maka pemerintah harus memberikan insentif dan membangun infrastruktur yang memudahkan swasta membangun PG.

Wakil Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Andre Vincent Wenas mengatakan seharusnya PG yang sudah uzur dan tidak efisien dimuseumkan saja. Sementara pemerintah harus segera mebmangun PG baru dengan kapsitas olah di atas 10.000 TCD. Ia mengingatkan bahwa wacana pembangunan PG baru telah lama didegungkankan. "Harusnya segera dieksekusi, sehingga dalam empat sampai lima tahun ke depan kita sudah swasembada gula," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (8/4).

Ia mengatakan saat ini lahan tebuh masih kecil yakni sekitar 450.000 hektare (ha) dan 20.000 ha diantaranya telah dialihkan ke komoditas lain lantaran harga gula yang terus turun. Nah bila ingin swasembada gula, maka lahan tebu harus diperluas menjadi 700.000 ha hingga 800.000 ha. Ia yakin dengan menambah investasi sekitar Rp 14 triliun hingga Rp 16 triliun untuk membangun tujuh hingga delapan pabrik gula dalam empat tahun ke depan, maka Indonesia bisa swasembada gula. "Bila pemerintah serius, bisa mengajak swasta berinvestasi tapi syaratnya berikan insentif," terangnya.

Andre mengatakan saat ini, lahan yang bagus untuk pembangunan pabrik gula beserta lahan tebu harus dilakuakn di luar Pulau Jawa karena lahannya masih luas. Bisa di Papua, Sulasesi Selatan, dan Sumatera Selatan. Namun agar investor tertarik menanamkan dananya, pemerintah harus terlebih dahulu membangun infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, listrik dan irigasi yang dapat mengalirkan air untuk perkebunan. "Kalau pemerintah kreatif menarik investasi pembangunan perkebunan, saya yakin swasta akan nimbrung," imbunya.

Saat ini pabrik gula yang sebanyak 62 PG. Berdasarkan data dari Kementerian BUMN, dari 50 pabrik gula yang dikelola perusahaan pemerintah, 40 unit di antaranya berkapasitas giling di bawah 2.000 TCD. Karena itu, bila sebagian pabrik yang kapasitas produksinya di bawah 10.000 TCD dan sudah uzur ditutup, dan dibangun pabrik baru, maka cukup sebanyak 30 pabrik gula saja beroperasi, kebutuhan nasional sudah terpenuhi.

Sebab saat ini, pabrik gula nasional hanya bisa memproduksi sebanyak 2,5 juta ton gula per tahu. Padahal kebutuhan gula tahun 2015 sebanyak 5,7 juta ton, dengan rincian 2,8 juta ton gula kristal putih konsumsi masyarakat dan 2,9 juta ton gula rafinasi untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.

Andre menghitung, bila kenaikan kebutuhan gula rata-rata 10% per tahun, maka pada tahun 2020 kebutuhan bula nasional mencapai 9 juta ton hingga 10 juta ton. Namun bila saat ini, pemerintah mulai serius membangun pabrik gula dnegan kapasitas minimal 10.000 TCD, maka ia yakin kebutuhan gula pada tahun 2019-2020 akan dapat dipenuhi tanpa harus impor gula lagi.

Menteri Perindusrian Saleh Husin mewacanakan menutup sebagian pabrik gula yang dianggap tidak produktif lagi dan menambah investasi serta perluasan lahan pabrik gula yang kapasitas produksinya di atas 10.000 TCD. Rencananya, PG yang masih produktif dilakukan penambahan dana sekitar US$ 15.000 hingga US$ 20.000 untuk setiap kenaikan kapasitas giling satu ton per hari atau TCD atau sekitar Rp 450 miliar untuk kapasitas giling 2.000 TCD.

Menurut Saleh, untuk melakukan pembangunan PG baru dan ekstensifikasi lahan, maka dibutuhkan strategi khusus yakni dengan membangun PG terpadu dengan pabrik tebu. Dibutuhkan area perkebunan tebu seluas 20.000 hektare (ha) untuk memasok tebu bagi satu unit PG dengan kapasitas 10.000 TCD dengan investasi sekitar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun. "Ekstensifikasi PG ini nantinya akan dilengkapi dengan program modernisasi mesin dan peralatan, automatisasi, dan program intensifikasi lahan," ujar Saleh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×