kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pertimbangan Pertamina berkomitmen menyalurkan BBM di daerah terpencil (3T)


Minggu, 20 Oktober 2019 / 16:09 WIB
Ini pertimbangan Pertamina berkomitmen menyalurkan BBM di daerah terpencil (3T)
ILUSTRASI. Manager Retail Fuel Marketing Region Sumbagut Agus Taufik (kedua kiri), Komite BPH Migas Hendry Ahmad (kiri), Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kemen ESDM Harya Adityawarman (kedua kanan), Ketua DPRD Nias Barat Nitema Gulo (kanan) mengisi bensin jenis


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Meski cukup menantang, PT Pertamina (Persero) terus berupaya menyediakan penjualan BBM melalui SPBU di daerah terdepan, terluar, dan terpencil (3T) Indonesia.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pembangunan SPBU BBM satu harga di kawasan 3T masih akan menjadi salah satu prioritas utama dari Pertamina.

Baca Juga: Pemerintah Memompa Investasi Dua Blok Migas

Dalam pembangunan tersebut, pihaknya, tidak melulu mempertimbangkan aspek keuntungan bisnis dari program tersebut.

Pasalnya, pembangunan SPBU di daerah 3T merupakan bentuk pengabdian Pertamina terhadap negara. Pihak Pertamina ingin memastikan ketersediaan, kemudahan, hingga keterjangkauan harga untuk konsumsi BBM di kalangan masyarakat daerah terpencil dapat terjamin.

“Kami tak hanya memikirkan hal yang bersifat komersial saja. Yang paling penting, energi BBM dapat tersalurkan ke seluruh negeri,” ungkap Fajriyah kepada Kontan, Rabu (16/10) lalu.

Pertamina sendiri telah memiliki program pembangunan SPBU BBM satu harga di kawasan 3T dari tahun 2016 hingga 2019. Ada 160 SPBU di kawasan 3T yang ditargetkan berdiri selama kurun waktu tersebut.

Hingga Oktober, Pertamina telah menuntaskan pembangunan SPBU sebanyak 161 titik di kawasan 3T. Artinya, Pertamina mampu merealisasikan target pembangunan SPBU BBM satu harga di kawasan 3T lebih cepat dari rencana awal.

Baca Juga: Kontrak WK Migas West Ganal dengan skema bagi hasil gross split diteken

Fajriyah mengaku tidak mudah dalam membangun SPBU di kawasan 3T. Sejumlah tantangan menghadang, seperti keterbatasan infrastruktur penunjang, minimnya akses moda transportasi, hingga konflik sosial di wilayah sekitar pembangunan SPBU.

Saat ini, Pertamina masih menunggu kebijakan pemerintah untuk program SPBU BBM satu harga di kawasan 3T untuk tahun-tahun mendatang. “Belum ada rincian target SPBU satu harga untuk tahun depan. Tapi kami siap jika ditugaskan kembali,” ujar Fajriyah.

Lebih lanjut, Pertamina tidak hanya mengandalkan program SPBU BBM satu harga saja dalam menjamin pasokan BBM di wilayah 3T. Perusahaan ini juga punya program “One Village, One Outlet”.

Baca Juga: Ada anggapan gross split merugikan investor migas, mitos atau fakta?

Salah satu implementasi program tersebut adalah pembangunan Pertashop. Ini merupakan SPBU mini yang tak hanya menyediakan layanan sejumlah jenis BBM, melainkan juga usaha servis kendaraan.

Menurut Fajriyah, pembangunan Pertashop tak hanya ditujukan untuk wilayah 3T, tapi juga daerah pedesaan di Indonesia secara keseluruhan. Nantinya, masyarakat sekitar juga bisa berpartisipasi untuk mengelola Pertashop.

“Keberadaan program One Village, One Outlet cukup penting karena Indonesia punya lebih dari 70.000 desa,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×