kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Ini poin-poin yang perlu dibahas dalam RUU Energi Baru Terbarukan


Kamis, 13 Februari 2020 / 17:18 WIB
Ini poin-poin yang perlu dibahas dalam RUU Energi Baru Terbarukan
ILUSTRASI. RUU Energi Baru Terbarukan perlu digenjot


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan (EBT) dinilai perlu segera dilakukan pembahasan. Hal ini demi percepatan pengembangan dan penggunaan EBT di Indonesia.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, salah satu poin yang harus ada di dalam UU EBT nantinya adalah ketentuan yang mengikat bagi pemerintah pusat dan daerah, pelaku bisnis, hingga masyarakat untuk memprioritaskan pengembangan energi terbarukan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kebijakan energi.

Ketentuan yang mengikat tersebut bisa berupa mandatori yang dituangkan dalam standar portofolio energi terbarukan. “Mandatori ini bisa dibagikan pemerintah pusat ke daerah dan seluruh pelaku usaha EBT,” kata dia, Kamis (13/2).

Baca Juga: Perpres EBT segera terbit, ini tanggapan pelaku usaha

Selain itu, UU EBT juga mesti memuat pasal yang mengakomodasi dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap pengembangan EBT. Dukungan tersebut bisa berbentuk instrumen insentif fiskal maupun finansial.

Fabby menambahkan, kebijakan dan regulasi harga energi terbarukan yang konsisten dan menyeluruh juga wajib dibahas dalam UU EBT.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×