kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,46   -17,27   -1.86%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sederet upaya pemerintah kembangkan ekosistem kendaraan listrik tanah air


Kamis, 15 Juli 2021 / 06:35 WIB
Ini sederet upaya pemerintah kembangkan ekosistem kendaraan listrik tanah air
ILUSTRASI. Seorang pengemudi taksi online melakukan pengisian energi listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU)


Reporter: Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto

Lalu ada BBN-KB sebesar 10% Mobil Listrik dan 2,5% Sepeda Motor Listrik di Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tertuang dalam Peraturan Daerah No. 9/2019, uang muka minimum sebesar 0% dan suku bunga rendah untuk kendaraan listrik melalui Peraturan Bank Indonesia No. 22/13/PBI/2020, serta diskon penyambungan dan penambahan daya listrik.

“Produsen EV juga dapat memanfaatkan berbagai keuntungan seperti Tax Holiday, Mini Tax Holiday melalui Undang-undang 25/2007, Peraturan Menteri Keuangan (PMK 130/2020), Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal 7/2020, tax allowance (PP 18/2015 Jo PP 9/2016, Permenperin 1/2018), Pembebasan Bea Masuk (PMK 188/2015), Bea Masuk Ditanggung Pemerintah, dan Super Tax Deduction untuk kegiatan R&D (PP 45/2019, dan PMK No.153/2020),” jelas Agung.

Agung menambahkan, salah satu hasil dari pertemuan antara Kemenperin dengan para prinsipal industri otomotif di Jepang pada Maret 2021 lalu, merupakan bukti tercapainya komitmen investasi baru dari Toyota Motor Corporation sebesar Rp 28,3 triliun pada 2024.

Selanjutnya, Honda Motor Company berkomitmen investasi sebesar Rp 5,2 triliun hingga 2024, Suzuki Motor Corporation sebesar Rp 1,2 triliun, dan Mitsubishi Motor Corporation sebesar Rp11,2 triliun sampai tahun 2024.

Baca Juga: Moeldoko sebut 3 faktor mengapa harus kembangkan ekosistem kendaraan listrik

“Hal ini menunjukkan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investor dalam pengembangan industri kendaraan bermotor,” tambahnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, baterai akan menjadi komponen paling penting dalam EV yang mewakili 35% dari biaya pembuatannya. Dalam hal ini, sektor manufaktur Indonesia memiliki keunggulan untuk memproduksi baterai yang terbuat dari Baterai Lithium Ion berbasis nikel.

Adapun, saat ini ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, dan lima  perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, dan endapan hidroksida campuran, sedangkan empat perusahaan sisanya adalah produsen baterai.

“Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur EV, hingga daur ulang EV,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×