Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengolahan sampah tak hanya penting bagi lingkungan, tapi juga menyimpan potensi cuan yang menggiurkan. Buktinya, sejumlah emiten tertarik untuk menadah berkah dari bisnis mengolah sampah.
Tengok saja PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) yang tengah mengeksekusi proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). OASA melalui unit usahanya, PT Indoplas Energi Hijau (IEH) bermitra dengan China Tianying Inc (CNTY) untuk membangun fasilitas PSEL di Tangerang Selatan (Tangsel).
Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk Bobby Gafur Umar membeberkan konsorsium IEH dan CNTY akan menggarap fasilitas PSEL yang dapat mengolah 1.100 ton sampah per hari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Proyek PSEL dengan nilai investasi Rp 2,65 triliun ini ditargetkan rampung pada tahun 2028 dan beroperasi penuh pada 2029.
Baca Juga: OASA - CNTY Garap Proyek Pengolahan Sampah Rp 2,65 Triliun di Tangsel
Bobby menjelaskan, proyek PSEL Tangsel ini akan menggunakan teknologi Moving Grate Incenerator (MGI) yang bisa mengolah sampah secara lebih optimal. "Ini bisa jadi solusi masalah sampah perkotaan, dan bisa menghasilkan green energy yang tidak menimbulkan gangguan lingkungan," kata Bobby.
Tak hanya PSEL Tangsel, OASA juga punya proyek serupa di Jakarta. OASA selanjutnya akan menjajaki potensi ekspansi ke kota-kota lainnya. Bobby mengatakan, pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy) bakal jadi penopang kinerja OASA di masa depan.
Bisnis ini akan mengalirkan pendapatan sejak konstruksi, hingga pengoperasian PSEL dengan masa konsesi selama 27 tahun - 30 tahun. "Jadi bisnis kami akan berkelanjutan. Mulai saat konstruksi, pendapatan tetap saat beroperasi, hingga kredit karbon yang nantinya bisa menjadi nilai tambah," terang Bobby.
Tak hanya OASA, sejumlah emiten lain juga akan menggarap proyek PSEL atau yang juga sering disebut Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Contohnya PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI).
Sekretaris Perusahaan PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk Kurniawati Budiman mengungkapkan pihaknya sedang dalam tahap studi kelayakan alias feasibility study (FS) untuk menggarap proyek PSEL. Kurniawati belum membeberkan secara rinci. Tapi dia mengatakan BIPI akan menggandeng mitra strategis yang dapat mendukung teknologi waste to energy.
Baca Juga: Indonesia Kantongi Pendanaan Senilai US$ 4,5 juta untuk Pengolahan Sampah Plastik
Kurniawati bilang, program pengolahan sampah sangat dibutuhkan, bahkan sudah mendesak di Indonesia. Hanya saja, faktor keekonomian masih menjadi tantangan untuk mengeksekusi proyek ini. "Untuk mendukung ini perlu kebijakan atau insentif baru dari pemerintah," kata Kurniawati kepada Kontan.co.id, Kamis (22/5).
Grup Astra juga tak mau ketinggalan untuk menggarap proyek PLTSa. PT United Tractors Tbk (UNTR) melalui anak usahanya, PT Energia Prima Nusantara (EPN) telah mendirikan perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) bersama Sumitomo Corporation dan Hitachi Zosen Corporation.
JV tersebut bernama PT Jabar Environmental Solutions (JES) yang didirikan pada Januari 2024. JES akan menggarap proyek PLTSa di Legok Nangka, Kabupaten Bandung. JES akan memiliki konsesi pengoperasian fasilitas selama 20 tahun sejak beroperasi komersial yang diproyeksikan pada Februari 2029.
Emiten berikutnya yang ekspansi di bisnis pengolahan sampah adalah PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Pada Maret 2025 lalu, TOBA melalui SBT Investment 2 Pte. Ltd. menuntaskan akuisisi terhadap Sembcorp Environment Pte. Ltd.
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina mengungkapkan Sembcorp Environment beroperasi di Singapura dengan mengelola berbagai jenis limbah. Akuisisi Sembcorp menjadi bagian dari strategi ekspansi regional TOBA.
"Ke depan, kami secara aktif menjajaki peluang untuk membawa keahlian dan kapabilitas Sembcorp ke pasar Indonesia, seiring komitmen kami memperluas layanan pengelolaan limbah yang lebih profesional dan berkelanjutan," kata Juli kepada Kontan.co.id, Kamis (22/5).
Melalui ARAH Environmental, TOBA telah mulai menggarap segmen ini, dengan fokus pada pengelolaan limbah medis dan industri. TOBA juga melirik potensi dalam pengembangan teknologi waste to energy, termasuk proyek PSEL.
Juli bilang, segmen ini akan menjadi salah satu pilar utama TOBA dalam target transformasi hijau. Pasca divestasi dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), segmen pengelolaan sampah dan limbah diproyeksikan akan menyumbang sekitar 50% dari total EBITDA.
"Ini menjadi tonggak penting dalam realisasi strategi kami untuk bertransformasi dari model bisnis berbasis energi fosil dan bertransisi menuju ekonomi hijau. Ke depan, kami menargetkan kontribusi segmen ini terus tumbuh secara progresif," tandas Juli.
Selanjutnya: Investasi Rp 400 Miliar, Kalbe Farma Perkuat Produksi Obat Kanker di Dalam Negeri
Menarik Dibaca: 4 Cara Memanjangkan Bulu Mata Secara Alami Tanpa Perlu Extension ke Salon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News