Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GMF AeroAsia Tbk (GMF) menyampaikan, dampak dari pandemi Covid-19 cukup mempengaruhi kinerja Perseroan pada Kuartal I 2020 ini. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan volume penerbangan yang diakibatkan dari kebijakan lockdown di beberapa negara.
"Namun, hingga Mei 2020 Perseroan masih terus menerima project-project baru dari beberapa customer untuk meningkatkan pendapatan. Projectnya seperti perawatan airframe dari beberapa customer internasional antara lain dari Korea selatan dan timur tengah," ujar VP Corporate Secretary & Legal Maryati kepada kontan.co.id, Kamis (4/6).
Baca Juga: Ini strategi Garuda Maintenance (GMFI) saat wabah virus corona (Covid-19)
Maryati juga menjelaskan, sepanjang Kuartal I belum banyak ekspansi yang dilakukan Perseroan, karena melihat kondisi covid-19 saat ini. "Penyerapan lebih mengutamakan untuk operasional. Untuk ekspansi kita utamakan kerjasama yang minim belanja modal atau capital expenditure," paparnya.
Tapi pihaknya belum bisa memberikan penjelasan lebih detail mengenai ekspansi yang sudah dilakukan. "Dikarenakan kondisi covid ini memaksa kita untuk fokus pada upaya pemulihan pasca pandemi," ujar Maryati.
Maryati menyebut, dengan merebaknya pandemi COVID-19 di seluruh dunia dan pembatasan transportasi antar negara, industri penerbangan kini menghadapi masa yang menantang, di mana kapasitas dan fleet utilization yang menurun, serta langkah berat yang harus diambil untuk menghentikan beberapa penerbangan, menuntut airlines untuk melakukan beberapa business adjustment.
"Namun Perseroan saat ini optimis karena melihat tren pelonggaran lockdown di beberapa negara dan untuk di domestik sendiri," katanya.
Baca Juga: Pendapatan naik 10,52%, GMFI mencatat rugi US$ 3,19 juta pada tahun lalu
Selain itu, selama masa pandemi dan recovery, Perseroan melakukan strategi dengan mengedepankan ketersediaan kas khususnya modal kerja, efisiensi dan efektivitas biaya serta optimalisasi sumber daya yang ada. Untuk itu Menurut Maryati, Perseroan melakukan negosiasi dengan vendor untuk restrukturisasi kontrak, termasuk pengaturan workscope, termin pembayaran maupun penundaan pembayaran.
"Ke depannya untuk menghadapi fase normal baru kita akan mengoptimalkan kembali pendapatan core business di segmen aviasi yang sifatnya terjadwal dan kami mendukung penuh upaya pemulihan airlines yang selama ini pesawatnya terpaksa grounded. Ini merupakan peluang yang harus kita maksimalkan karena diperlukan maintenance untuk mempersiapkan pesawat agar layak terbang kembali. Selain itu, Perseroan juga mengoptimalkan segmen pasar yang minim terdampak oleh pandemi diantaranya military services dan Private/Business Jets," jelas Maryati.
Disamping penguatan segmen bisnis aviasi, Perseroan juga akan memperbesar volume bisnis dari non aviasi, diantaranya pekerjaan perawatan Industrial Gas Turbine Engine (IGTE) yang proyeksi bisnisnya cukup menjanjikan dan memiliki profitabilitas yang cukup bagus.
Baca Juga: Citilink Indonesia lakukan uji terbang pesawat khusus kargo
Ia menjelaskan, secara umum untuk strategi di sepanjang 2020 pihaknya berupaya memaksimalkan pemulihan aktifitas penerbangan. Menurutnya, beberapa negara dan domestik sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown.
"Strategi perusahaan termsuk penyerapan capex masih sangat dinamis tidak ada yang tahu pasti kondisi perkembangan aktifitas penerbangan kedepannya yang sangat mempengaruhi Perseroan," kata Maryati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News