Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga bahan bakar minyak (BBM) pada pertengahan bulan ini dan bulan depan belum tentu turun, kendati harga indeks pasar Singapura yang dijadikan acuan menurun.
Pasalnya, pada dua bulan pertama lalu PT Pertamina (Persero) masih menanggung kerugian sebesar US$ 212 juta. “Kalau dia (MOPS) turun, karena kita masih menanggung kerugian, maka jangan ikut turun sampai pada kerugiannya bisa kita cover,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto ditemui di gedung DPR-RI, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Dwi mengakui kerugian pada dua bulan pertama lebih karena tingginya beban inventory. Namun saat ini, dia mengatakan harga yang dibeli Pertamina untuk inventory sudah turun.
Atas dasar itu, Dwi yakin kinerja Pertamina dalam bulan-bulan ke depan makin membaik. Selain menurunnya beban inventory, perbaikan kinerja keuangan Pertamina juga diupayakan dari kegiatan efisiensi baik di sisi pengadaan, pengolahan, logistik, dan sebagainya. “Kinerja Maret-April tentu sudah harus membaik. Karena (dua bulan pertama) beban terbesar adalah inventory yang dibeli ketika harga mahal,” pungkas Dwi.
Dalam rapat pekan lalu, Dwi menyampaikan, baru dua bulan, yakni Januari-Februari 2015 PT Pertamina (Persero) sudah mencetak kerugian hingga US$ 212 juta. “Laba bersih Januari 2015 adalah minus US$ 107 juta, dan laba bersih Februari 2015 adalah minus US$ 105 juta . Jadi, dua bulan total laba bersih minus US$ 212 juta,” kata dia, Selasa (7/4/2015).
Dwi melaporkan, sektor hulu masih mencetak laba bersih US$ 130 juta, sektor energi baru terbarukan mencetak laba bersih US$ 40,9 juta, dan sektor lainnya masih untung US$ 2,5 juta , tapi kerugian Pertamina di sektor hilirnya mencapai US$ 386 juta. Dwi menuturkan, kerugian Pertamina juga disebabkan adanya efek beban inventory. Adapun realisasi pendapatan Pertamina pada hingga Februari 2015 mencapai US$ 6,864 miliar. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News