Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski bertujuan untuk pemerataan distribusi energi, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kawasan tertinggal, terluar, dan terpencil (3T) bukan perkara yang mudah untuk direalisasikan.
Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, salah satu tantangan pembangunan SPBU di kawasan 3T adalah potensi bisnis yang belum benar-benar terlihat.
Baca Juga: Ini pertimbangan Pertamina berkomitmen menyalurkan BBM di daerah terpencil (3T)
Pasalnya, penduduk di kawasan tersebut relatif jarang. Aktivitas ekonomi di sana juga tidak begitu besar seperti halnya perkotaan.
Belum lagi, ada tantangan berupa kondisi infrastruktur daerah 3T yang belum begitu memadai. Kondisi ini bisa saja membuat biaya pembangunan SPBU di wilayah 3T lebih besar ketimbang proyek serupa di daerah perkotaan.
“Dalam kondisi tertentu, perusahaan yang ingin membangun SPBU di daerah terpencil justru mesti membangun infrastruktur lain untuk menunjang proyek tersebut,” ungkap Komaidi, Jumat (18/10) lalu.
Dari segi bisnis, adanya sederet tantangan dalam pembangunan SPBU di kawasan 3T bisa berdampak negatif pada posisi margin perusahaan yang bersangkutan.
Baca Juga: Pemerintah Memompa Investasi Dua Blok Migas
Komaidi pun menilai, jika berkaca pada kondisi saat ini, proyek pembangunan SPBU di daerah 3T cenderung akan lebih intens dilakukan oleh perusahaan migas BUMN, seperti Pertamina.
Sebab, perusahaan seperti ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, melainkan juga memiliki misi untuk menyalurkan BBM secara merata di seluruh Indonesia.
Baca Juga: BP-AKR belum pikirkan rencana pembangunan SPBU di kawasan 3T dalam waktu dekat
“Ketika dapat penugasan dari pemerintah, Pertamina tentu akan menggarap proyek SPBU di daerah 3T sekalipun tidak mendapat profit,” papar dia.
Dari periode 2016-2019, Pertamina telah membangun 161 SPBU BBM satu harga di kawasan 3T. Untuk mendukung pemerataan BBM di Indonesia, Pertamina juga menjalankan program One Village, One Outlet.
Di sisi lain, dalam jangka pendek, Komaidi menilai, perusahaan migas swasta belum akan melirik bisnis SPBU di kawasan 3T.
“Investasi di daerah 3T cukup besar, sehingga perusahaan swasta yang berorientasi profit sepertinya perlu melakukan konsolidasi terlebih dahulu,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News