kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.617   6,00   0,04%
  • IDX 8.057   17,13   0,21%
  • KOMPAS100 1.118   0,65   0,06%
  • LQ45 803   -1,01   -0,13%
  • ISSI 279   0,61   0,22%
  • IDX30 421   -0,83   -0,20%
  • IDXHIDIV20 483   -0,22   -0,05%
  • IDX80 122   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 132   -0,25   -0,19%
  • IDXQ30 134   -0,02   -0,02%

Inilah 3 Pesaing Baru Indonesia di Industri Sawit, Negara Mana Saja?


Selasa, 23 September 2025 / 04:45 WIB
Inilah 3 Pesaing Baru Indonesia di Industri Sawit, Negara Mana Saja?
ILUSTRASI. Indonesia bakal menghadapi persaingan baru di industri minyak sawit dunia. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Indonesia bakal menghadapi persaingan baru di industri minyak sawit dunia. 

Tiga negara, yakni Brasil, Nigeria, dan India, mulai serius mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan tujuan mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat produksi dalam negeri. 

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Fadhil Hasan, menilai langkah tersebut patut dicermati, meski tidak perlu dikhawatirkan. 

Menurutnya, secara agronomis dan historis, sawit memang bukan tanaman asing bagi negara-negara tersebut. 

“Jadi saya kira kita nggak usah khawatir ya kalau misalnya negara-negara lain itu melakukan perluasan perkebunan kelapa sawitnya ya,” ujar Fadhil dalam diskusi yang digelar INDEF secara daring, Senin (22/9/2025). 

Secara agronomis dan historis, sawit memang berasal dari Afrika sehingga tidak asing bagi kawasan tersebut. Nigeria bahkan pernah menjadi salah satu eksportir dan produsen sawit terbesar di dunia. 

Namun, ketika mereka memperoleh keuntungan besar dari minyak bumi, sektor pertanian terabaikan. Akibatnya, saat ini Nigeria justru menjadi salah satu pengimpor sawit terbesar dari Indonesia. 

Brasil juga memiliki potensi besar karena secara geografis lahan mereka sangat cocok untuk perkebunan sawit. Sementara itu, India tampak terdorong untuk mengembangkan sawit karena ingin mengurangi ketergantungan pada impor. 

Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Kemendag Tegaskan Pungutan Ekspor Minyak Sawit Tetap Berlaku

Meski begitu, kemampuan ketiga negara untuk bersaing dengan Indonesia masih dipertanyakan. Faktor yang paling menentukan adalah biaya produksi atau cost of production. 

Hingga kini, biaya produksi di India, Brasil, maupun Nigeria relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Kondisi tersebut membuat Indonesia masih memiliki keunggulan kompetitif di pasar global. 

“Tetapi kan pada akhirnya ya, apakah mereka itu akan mampu bersaing dengan Indonesia? Itu tergantung dari biayanya, dari cost of production-nya. Nah sampai sekarang ini cost of production baik di India maupun di Brasil maupun di Nigeria, saya kira lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Jadi kita masih bisa berkompetisi lah dengan mereka,” paparnya. 

Adapun, Indonesia saat ini mampu menjaga efisiensi biaya, sehingga tetap menjadi produsen utama dengan daya saing yang kuat. 

Selain itu, peluang kerja sama tetap terbuka. India, misalnya, masih sangat bergantung pada pasokan benih sawit dari Indonesia karena industri perbenihan mereka belum semaju Indonesia. 

Untuk Brasil dan Nigeria, sudah memiliki industri benih sendiri, tetapi tetap menghadapi kendala biaya produksi yang tinggi, mulai dari tenaga kerja hingga faktor pendukung lainnya. 

Menurut Fadhil, respons Indonesia seharusnya bukan dengan melarang atau melemahkan upaya negara lain mengembangkan sawit, melainkan dengan memperkuat efisiensi biaya produksi dan pemasaran dalam negeri. 

“Saya kira kita masih mampu bersaing, oleh karena itu respons kita itu bukan misalnya melarang mereka untuk tidak melakukan perluasan perkebunan. Tapi mungkin kita sendiri yang harus bisa meningkatkan efisiensi biaya daripada ini sendiri produk yang kita hasilkan sendiri gitu. Sehingga market lah yang pada akhirnya menentukan mana yang lebih baik, yang lebih efisien,” bebernya. 

Baca Juga: Transformasi Sektor Perkebunan, BPDP Dorong Nilai Tambah Sawit, Kelapa dan Kakao

Ekspor Kelapa Sawit ke India Masih Besar 

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Wijayanto, mencatat potensi ekspor produk kelapa sawit dan turunannya dari Indonesia ke India dinilai masih terbuka lebar. 

India menjadikan minyak goreng sebagai salah satu komoditas utama, sehingga seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan sektor industri, permintaan terhadap pasokan dari Indonesia diprediksi terus meningkat. 

Meski demikian, pemerintah menegaskan bahwa kepentingan dalam negeri tetap menjadi prioritas utama. Regulasi yang disusun diarahkan untuk menjamin kesejahteraan rakyat dengan menekankan keseimbangan antara kebutuhan domestik dan ekspor. 

“Karena tentunya bagaimana kita tahu regulasi pemerintah dalam hal ini, tentunya tetap berfokus sebesar-besarnya kepentingan masyarakat kita dan kesejahteraan rakyat kita. Dan di sini aspek keseimbangan dalam hal suplai kebutuhan domestik tetap menjadi salah satu prioritas baik kebutuhan pangan maupun energi,” ucap Wijayanto dalam forum diskusi. 

Untuk memastikan hal itu, pemerintah melakukan koordinasi lintas kementerian, termasuk Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, hingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Menurutnya, filosofi keseimbangan diterapkan dalam kebijakan ekspor, di mana kebutuhan domestik, terutama minyak goreng, tetap menjadi yang utama. 

Tonton: Apindo Ingin Sawit hingga Rempah RI Bebas Tarif Tinggi di AS

Langkah ini sekaligus dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan menekan risiko inflasi. Meski menjaga pasar dalam negeri, Indonesia tetap membuka ruang kerja sama dengan India. 

Pemerintah menekankan pentingnya hubungan perdagangan yang konstruktif dan saling menguntungkan. Dengan cara itu, ekspor sawit ke India tetap bisa diperkuat, sekaligus memastikan ketersediaan serta keterjangkauan produk sawit di pasar domestik.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bakal Punya Tiga Pesaing Baru di Industri Sawit, Mampukah Indonesia Bertahan?"

Selanjutnya: PIP September 2025 Gelombang 2 Hari Ini (23/9) Cair, Simak Cara Cek dan Jadwalnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×