kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah daftar 10 produk ekspor terbesar dengan penetrasi pasar rendah


Selasa, 27 September 2011 / 22:45 WIB
Inilah daftar 10 produk ekspor terbesar dengan penetrasi pasar rendah
ILUSTRASI. Melihat respons masyarakat terhadap pandemi Covid-19


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Kementerian Perindustrian mendata sepuluh produk yang paling besar porsi ekspornya di Indonesia.

Ternyata Kementerian ini menemukan produk ekspor itu masih didominasi bahan mentah yang memiliki penetrasi pasar rendah. Maksudnya produk-produk ekspor Indonesia ini hanya mampu memegang pangsa pasar 0,06%-14% di negara-negara tujuan ekspornya. Penyebabnya, menurut Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana karena sebagian besar produk ekspor Indonesia masih berbentuk bahan mentah atau barang setengah jadi.

Akibatnya, walau Indonesia penghasil beberapa sumber daya alam terbesar di dunia, Indonesia masih belum bisa mengukuhkan diri sebagai penguasa pasar di negara-negara tujuan ekspornya.

Dia mencontohkan, olahan kelapa/kelapa sawit dengan nilai ekspor mencapai US$ 17,5 miliar pada periode 2007-2010. Sekitar US$ 12 miliar di antaranya memiliki tujuan ekspor menuju China, Uni Eropa, Malaysia, dan India. Meski meraih porsi ekspor terbesar, penetrasi produk Indonesia pada keempat negara itu baru sekitar 0,2%-4,7%.

Hal yang sama juga terjadi pada komoditi lainnya. Padahal produk itu termasuk andalan ekspor Indonesia. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dengan nilai ekspor mencapai US$ 13,206 miliar hanya memiliki penetrasi pasar sekitar 0,58% di Uni Eropa. Padahal, industri tekstil dalam negeri mengaku Uni Eropa merupakan tujuan ekspor terbesar selain Amerika Serikat. "Namun, penetrasi pasarnya juga masih sangat kecil," ujarnya, Selasa (27/9).

Sementara komoditi olahan karet bernilai ekspor sebesar US$ 9,523 miliar menjadi kelompok yang paling beruntung. Sebab, penetrasi pasar di negara tujuan ekspor terbesar meliputi China, Jepang, Amerika Serikat, dan India terbesar dibanding komoditi lainnya, yaitu sebesar 4,0%-13,3%.

Penetrasi pasar yang rendah juga terjadi untuk kelompok produk elektronika. Komoditi bernilai ekspor US$ 9,255 miliar itu hanya memiliki penetrasi pasar sekitar 0,07%-0,26% pada negara tujuan ekspor utama meliputi Uni Eropa, Amerika Serikat, Korea, Jepang, China, Thailand, India, Australia, dan Vietnam.

Untuk olahan tembaga/timah/lainnya memiliki penetrasi pasar cukup tinggi sekitar 7,5%-14,0% di Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, dan Korea. Komoditi bernilai ekspor US$ 6,506 miliar itu memiliki penetrasi rendah sekitar 1,08%-4,9% di China dan Vietnam.

Pulp dan kertas yang tengah jadi primadona di Timur Tengah melalui ekspor kertas Al-Quran itu ternyata hanya mampu meraih penetrasi pasar sebesar 0,70% di Amerika Serikat. Di Jepang dan Malaysia, komoditi bernilai ekspor US$ 5,708 miliar itu memiliki penetrasi pasar sebesar 2,3%-7,11%.

Komoditi ekspor selanjutnya yaitu kimia dasar hanya mampu memiliki penetrasi pasar sekitar 0,75%-2,72%. Produk bernilai ekspor US$ 4,578 miliar itu memiliki penetrasi rendah negara tujuan utamanya di China, Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Filipina, Korea, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Singapura.

Penetrasi rendah juga terjadi untuk olahan kayu. Produk bernilai ekspor US$ 4,280 miliar itu hanya mampu mencatatkan penetrasi pasar sekitar 0,31%-4,98% di Uni Eropa, Jepang, Australia, Amerika Serikat, China, dan Korea. Produk otomotif dan komponen, katanya, juga tidak lebih baik ketimbang komoditi lainnya. Kelompok komoditi bernilai ekspor US$ 4,181 miliar itu hanya mampu penetrasi pasar sekitar 0,47%-2,94% di Malaysia, Thailand, Australia, Filipina, Singapura, Jepang, dan Vietnam.

Penetrasi produk terendah terjadi pada komoditi mesin dan peralatan sekitar 0,06%-0,53%. Komoditi bernilai ekspor US$ 3,632 miliar hanya mampu memasuki pasar Thailand, Vietnam, Australia, Singapura, Malaysia, India, Jepang, Uni Eropa, China, dan Amerika Serikat dengan penetrasi yang rendah.

"Hal ini bisa dilihat positifnya. Ini alasan untuk industri dalam negeri menggiatkan ekspornya lebih gencar di negara tujuan utamanya," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×