kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Intiland (DILD) akan lebih hati-hati pada proyek pengembangan apartemen, kenapa?


Jumat, 18 Desember 2020 / 20:58 WIB
Intiland (DILD) akan lebih hati-hati pada proyek pengembangan apartemen, kenapa?
ILUSTRASI. Apartemen Intiland


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) menyatakan akan lebih berhati-hati dalam pengembangan apartemen di tahun depan.

Direktur DILD, Archied Noto Pradono mengatakan, sebagai pengembang pihaknya tidak akan gegabah menggarap proyek apartemen jika dinilai tidak laku. Sebab secara industri, kepercayaan orang membeli apartemen secara presales juga akan menjadi negatif.

"Untuk aturan pemberian jaminan pembelian apartemen jika pengembangan mencapai 30%, saya belum tahu kebenarannya. Namun saya positif saja jadi pengembang tidak gegabah. kalau tidak laku ya jangan dibangun, nanti macet, secara industri kepercayaan orang untuk membeli apartemen secara presales jadi negatif," jelasnya kepada Kontan, Jumat (18/12).

Dalam rencana aturan tersebut, dikabarkan banyak bank merekstrukturisasi kredit pengembangan apartemen, karena minatnya sepi. Tak hanya itu, kabarnya pula kredit baru bisa diberikan oleh bank apabila pengembang memberikan jaminan pembelian apartemen mencapai 30%.

Archied melanjutkan, jika aturan (policy) tersebut benar adanya, pihaknya tetap aman sebab sejak dulu DILD hanya melakukan peluncuran produk atau memulai pengembangan properti jika penjualan sudah positif sekitar 30% atau 40% dari prospeknya.

Baca Juga: Intiland (DILD) bidik marketing sales Rp 2 triliun tahun depan, ini alasannya

"Kalau di bawah keyakinan tersebut, maka kami akan menggandeng mitra untuk joint venture. Sehingga kami tidak menggunakan utang bank," lanjut Archied.

Ia menjabarkan, pembangunan dengan menggandeng mitra dilakukan DILD dalam mengembangkan kawasan mixed-use & high rise terpadu Fifty Seven Promenade bersama dengan GIC. GIC sendiri merupakan lembaga pengelola cadangan devisa negara Singapura.

DILD juga menggandeng GIC dalam pembangunan properti premium, South Quarter di area Jakarta Selatan.

"Bahkan saat ini, penjualan kami di Fifty Seven Promenade waktu presales sudah hampir 90%. Sedangkan saat ini sekitar 40% sudah terjual di tower pertama South Quarter ," ujarnya.

Walau demikian, Archied tidak menampik penjualan apartemen tahun ini masih kurang bagus jika dibandingkan dengan segmen landed house.

Tahun depan, DILD belum memiliki tambahan pengembangan baru untuk apartemen. Pihaknya juga masih menunggu timing yang baik untuk membangun apartemen kembali san akan mencari partner strategis untuk proyek high rise ke depannya.

"Tahun depan dengan keluarnya omnibus law, semoga ada sentimen positif yanh membolehkan asing untuk membeli properti di Indonesia. Sebab biasanya demand untuk high rise apartment berasal dari middle up market seperti mereka," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×