kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo


Selasa, 19 November 2019 / 23:03 WIB
Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo
sugeng.adji@kontan.co.id Foto bersama antara Gungun Rachgunadi Co-founder dan Manager Garment dan Country Head Zilingo, Ade Yuanda Saragih (kanan) di Bogor, Selasa (19/11) Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

Karenanya, pihaknya mulai menawarkan jasa bisnis B2B, Zilingo Asia Mall (ZAM). Lebih lanjut, ia bilang pihaknya menawarkan beberapa layanan seperti financial technology, sumber bahan baku, dan software teknologi itu sendiri.

Baca Juga: Analis ini menilai bisnis pengiriman SAP Express punya prospek manis

Walaupun belum resmi melakukan launching, bisnis tersebut saat ini telah memiliki 1.500 klien. Ia bilang dari sana 60% merupakan kalangan UMKM. Karenanya, tak heran banyak klien merchant yang bergabung mengeluhkan persoalan keuangan.

Dari sana, pihaknya banyak menggandeng peer to peer lending dan perbankan untuk mempermudah kliennya mendapatkan fasilitas keuangan.

Kemudian, dari sumber bahan baku Ade menyebutkan dari 1.500 klien yang bergabung ada sekitar 10% yang menawarkan berbagai bahan baku untuk produksi garmen. Dari sana, ia melihat dapat memangkas waktu bagi produsen untuk berkeliling mencari bahan baku.

Selain itu, ia bilang selama ini yang terjadi dalam pembelian bahan baku adanya agen atau perantara antara penjual dan pembeli sehingga meningkatkan biaya.

Baca Juga: Ini rencana SAP Express memaksimalkan penggunaan dana IPO

"Kisaran biaya komisi agen itu 5%-10%, itu termasuk besar karena volume penjualan terjadi selalu besar," terangnya.

Karenanya, dari layanan itu selain memangkas waktu pencarian dari sisi produsen juga dapat memangkas biaya. Sedangkan, bagi penjual dapat meningkatkan pasar dalam memasarkan produknya.

Selanjutnya, untuk layanan teknologi ia bilang pihaknya menggunakan sistem teknologi China dari Sri Lanka. Menurutnya dengan teknologi tersebut produsen dapat memantau progres produksi secara real time.

Ade menyebutkan yang terjadi di industri tekstil yakni mayoritas pabrik masih melakukan kontrol kualitas produksi secara manual. Sehingga, dari manager QC (quality control) baru bisa mengetahui berapa banyak produk gagal di akhir hari yang berimbas pada terhambatnya laju produksi.

Baca Juga: Satu lagi, e-commerce fesyen ramaikan pasar Tanah Air

Oleh sebab itu, dengan adanya bantuan software teknologi yang ditawarkan pihaknya ia berharap dengan mampu mengatasi efektivitas produksi dengan segera melakukan aksi saat terjadi kendala.




TERBARU

[X]
×