kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo


Selasa, 19 November 2019 / 23:03 WIB
Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo
sugeng.adji@kontan.co.id Foto bersama antara Gungun Rachgunadi Co-founder dan Manager Garment dan Country Head Zilingo, Ade Yuanda Saragih (kanan) di Bogor, Selasa (19/11) Intip serba serbi bisnis B2B Zilingo


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Perkembangan teknologi yang sangat pesat tak terelakan. Adopsi teknologi mulai diterapkan di seluruh aspek kehidupan termasuk dalam menjalankan bisnis.

Pemerintah Republik Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengamati tren tersebut. Tak heran gaung revolusi industri 4.0 telah bergema sejak masa kepemimpinannya di periode satu lalu.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian RI, industri tekstil dan pakaian jadi menyumbang PDB 6,39% terhadap PDB negara yang mana angka tersebut belum ditambah kontribusi dari industri fesyen yang merupakan ujung rantai dari industri tekstil yang memiliki nilai tambah tinggi.

Baca Juga: Memanjakan mitra bisnis cara Zilingo bisa bersaing dengan e-commerce lainnya

Dengan demikian, penting bagi para pemain untuk mengembangkan potensi bisnis melalui akses pasar yang lebih luas, dukungan permodalan, keahlian, serta kemudahan operasional sehingga mampu berkontribusi lebih banyak lagi bagi PDB negara demokrasi ini.

Beriringan dengan hal tersebut, berbagai perusahaan berbasis teknologi masuk ke Indonesia. Salah satu yang ramai diperbincangkan yakni startup.

Berbagai startup baik dari lokal maupun luar negeri beroperasi di Indonesia. Dari banyaknya startup berdiri, Zilingo perusahaan yang bermarkas di Singapura ini bermain pada sektor fesyen dan lifestyle.

Masuk dengan konsep bisnis Business to Customer (B2C), saat ini Zilingo Indonesia juga mulai mengembangkan bisnis Business to Business (B2B).

Baca Juga: Kiat Zilingo menjaga mitra bisnis

Ade Yuanda Saragih, Country Head Zilingo menyebutkan untuk bisnis B2B ini belum secara resmi diluncurkan di Indonesia. "Kami berencana launching awal tahun depan," ujarnya kepada  Kontan.co.id, Selasa (19/11).

Pihaknya melihat, sebagai salah satu kebutuhan primer pakaian memiliki pasar yang sangat besar. Selain itu, ia bilang pihaknya memiliki visi tidak hanya fokus terhadap user maupun pembeli tetapi juga kepada merchant.

Seiring berjalan waktu, ia mengaku banyak merchant yang bilang mengalami beberapa kesulitan untuk mengembangkan bisnis mulai dari persoalan sumber bahan baku, keuangan, sampai dari teknologi itu sendiri.

Karenanya, pihaknya mulai menawarkan jasa bisnis B2B, Zilingo Asia Mall (ZAM). Lebih lanjut, ia bilang pihaknya menawarkan beberapa layanan seperti financial technology, sumber bahan baku, dan software teknologi itu sendiri.

Baca Juga: Analis ini menilai bisnis pengiriman SAP Express punya prospek manis

Walaupun belum resmi melakukan launching, bisnis tersebut saat ini telah memiliki 1.500 klien. Ia bilang dari sana 60% merupakan kalangan UMKM. Karenanya, tak heran banyak klien merchant yang bergabung mengeluhkan persoalan keuangan.

Dari sana, pihaknya banyak menggandeng peer to peer lending dan perbankan untuk mempermudah kliennya mendapatkan fasilitas keuangan.

Kemudian, dari sumber bahan baku Ade menyebutkan dari 1.500 klien yang bergabung ada sekitar 10% yang menawarkan berbagai bahan baku untuk produksi garmen. Dari sana, ia melihat dapat memangkas waktu bagi produsen untuk berkeliling mencari bahan baku.

Selain itu, ia bilang selama ini yang terjadi dalam pembelian bahan baku adanya agen atau perantara antara penjual dan pembeli sehingga meningkatkan biaya.

Baca Juga: Ini rencana SAP Express memaksimalkan penggunaan dana IPO

"Kisaran biaya komisi agen itu 5%-10%, itu termasuk besar karena volume penjualan terjadi selalu besar," terangnya.

Karenanya, dari layanan itu selain memangkas waktu pencarian dari sisi produsen juga dapat memangkas biaya. Sedangkan, bagi penjual dapat meningkatkan pasar dalam memasarkan produknya.

Selanjutnya, untuk layanan teknologi ia bilang pihaknya menggunakan sistem teknologi China dari Sri Lanka. Menurutnya dengan teknologi tersebut produsen dapat memantau progres produksi secara real time.

Ade menyebutkan yang terjadi di industri tekstil yakni mayoritas pabrik masih melakukan kontrol kualitas produksi secara manual. Sehingga, dari manager QC (quality control) baru bisa mengetahui berapa banyak produk gagal di akhir hari yang berimbas pada terhambatnya laju produksi.

Baca Juga: Satu lagi, e-commerce fesyen ramaikan pasar Tanah Air

Oleh sebab itu, dengan adanya bantuan software teknologi yang ditawarkan pihaknya ia berharap dengan mampu mengatasi efektivitas produksi dengan segera melakukan aksi saat terjadi kendala.

"Karena dari teknologi itu para QC manager dapat memantau apabila terjadi kendala yang terjadi secara terus-menerus dalam prosesnya sehingga saat itu juga dapat bertindak dibandingkan yang masih manual kan tidak mungkin QC manager harus mendatangi satu per satu meja untuk melakukan kontrol jadi baru bisa diketahui saat jam kerja berakhir dan melakukan aksi keesokan harinya," paparnya.

Lebih jauh, bisnis B2B ZAM tidak hanya menawarkan layanan tersebut. Namun, ketiga layanan tersebut menjadi mayoritas permintaan kliennya. Sedangkan, klien dari korporasi besar disebutnya problem dari sisi marketing. Hal tersebut menurutnya korporasi besar cenderung fokus pada produksi.

Baca Juga: Sritex (SRIL) percepat pelunasan surat utang senior yang jatuh tempo 2021

Adapun salah satu klien dari korporasi besar dari Sritex Group. Selain itu, saat ini disebutkan sedang dalam tahap pembicaraan dengan PT Pan Brothers Tbk untuk adopsi teknologi ZAM.

Gungun Rachgunadi, Co-founder dan Manager Garment PT Sigma Global Texindo yang merupakan salah satu klien ZAM mengakui bahwa dengan adanya bantuan Zilingo Mall pihaknya terbantu dalam pengembangan bisnisnya.

Ia bercerita awal mula berdiri pada 2016 lalu pendapatan per bulan sekitar Rp 500 juta. "Namun, sejak kami mengadopsi teknologi Zilingo kami dapat bertumbuh pesat dengan omzet per bulan saat ini mencapai sekitar Rp 6 miliar," ungkapnya.

Jadi, masih mau melakukan produksi manual?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×