kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi migas ambruk, Shell hengkang dari Blok Masela


Minggu, 05 Juli 2020 / 18:36 WIB
Investasi migas ambruk, Shell hengkang dari Blok Masela
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A Shell logo is seen reflected in a car's side mirror at a petrol station in west London, Britain, January 29, 2015. Picture taken January 29, 2015. REUTERS/Toby Melville/File Photo


Reporter: Filemon Agung | Editor: Pratama Guitarra

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Royal Dutch Shell Plc (Shell) mundur dari Proyek Gas Abadi Blok Masela. Di mana saat ini Inpex Corporation (Inpex) sebagai pemegang saham terbesar blok itu sedang mencari pengganti Shell.

"Iya betul (mundur). Inpex sedang mencari penggantinya," terang Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada Kontan.co.id, Minggu (5/7).

Julius menerangkan, alasan hengkangnya Shell dari Blok Masela dikarenakan kondisi arus kas yang terdampak situasi pandemi covid-19. Shell memutuskan untuk memfokuskan pada proyek-proyek lain yang tengah berlangsung di Indonesia.

Asal tahu saja, Shell memiliki hak partisipasi di Blok Masela sebesar 35% dan 65% oleh Inpex Corporation. Selain itu, Pemerintahan Daerah juga dipastikan bakal menerima jatah 10% hak partisipasi.

Baca Juga: Soal insentif hulu migas, SKK Migas siap realisasikan kebijakan penundaan ASR

"Di beberapa proyek lainnya di negara lain kurang atau tidak berjalan lancar sehingga casflow perusahaan tidak baik. Mereka fokus dulu untuk beberapa proyek yang sudah berjalan," jelas Julius.

Ia melanjutkan, saat ini baik Inpex Corporation dan Shell tengah melanjutkan pembahasan untuk opsi pengambilan hak partisipasi sepenuhnya oleh Inpex. Selain itu, muncul pula opsi pencarian mitra baru oleh Inpex.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyinggung soal kondisi bisnis LNG yang tengah terpuruk memang membuat beberapa perusahaan migas risau soal pelaksanaan proyek. Termasuk untuk Blok Masela.

"Saat ini industri migas menghadapi masalah berat (termasuk) harga LNG. Ada ketakutan project owner seperti Masela eksekusi proyek ke depan," tuturnya beberapa hari lalu.

Baca Juga: Catat, ada peluang sumber migas baru di Blok Singkil dan Blok Meulaboh Aceh

Julius menerangkan, bukan tidak mungkin waktu pelaksanaan proyek akan bertambah. Namun ia memastikan, Inpex telah berkomitmen untuk menyelesaikan proyek tepat waktu. Blok Masela sendiri ditargetkan onstream pada 2027 mendatang.

Kabar hengkangnya Shell dari proyek yang nilai investasinya mencapai US$ 20 miliar itu bukan hal baru. Sebelumnya, pada medio Mei tahun 2019 silam. Kendati demikian, kedua pihak tetap melanjutkan kerjasama pada Proyek Masela.

Disisi lain, Proyek Masela juga tengah dihadapkan pada sejumlah pengerjaan seperti pengadaan lahan dan pencarian pembeli produk.

Dalam catatan Kontan.co.id, perjalanan proyek kilang jumbo gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) Blok Masela di Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku masih panjang.

Selain terbentur soal lahan, Inpex Corporation dan Shell Indonesia selaku operator belum berhasil menemukan calon pembeli produk gas alam cair tersebut.

Asal tahu saja, sebelumnya Inpex Masela Ltd sudah melakukan MoU jual beli gas dari Proyek LNG Abadi, Masela itu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero) pada Februari lalu.

Nota kesepahaman itu dimaksudkan untuk memulai pembahasan atas penjualan dan pembelian untuk mensuplai gas LNG ke pembangkit listrik tenaga gas yang dioperasikan oleh PLN dan gas alam sebesar 150 juta standard kaki kubik per hari (mmscfd) untuk kilang co-production yang akan dibangun PT Pupuk Indonesia.

SKK Migas menargetkan, proses pencarian buyer ini diharapkan dapat rampung di 2021 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×