kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi migas tersendat pandemi, begini tanggapan industri


Senin, 06 Juli 2020 / 18:38 WIB
Investasi migas tersendat pandemi, begini tanggapan industri
ILUSTRASI. Petugas berkomunikasi saat memeriksa Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020). Pertamina EP menargetkan produksi minyak pada t


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak pandemi Covid-19 turut mempengaruhi kegiatan investasi sektor minyak dan gas bumi di tahun ini. Yang terbaru, proyek Blok Masela dengan investasi mencapai US$ 20 miliar terancam menemui kendala setelah Shell dikabarkan bakal melepas hak partisipasinya di Blok tersebut.

Indonesia Petroleum Association (IPA) menilai kondisi industri migas terdampak khususnya pada kelancaran operasi. Tak hanya itu, harga minyak yang tertekan juga disebut turut jadi penyebab investasi tak optimal.

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) tetap fokus kejar produksi migas hingga 105 MBOEPD di tahun ini

"Harga minyak yang belum stabil membuat investor mempertimbangkan kembali investasi yang dilakukan," ujar Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong kepada Kontan.co.id, Senin (6/7).

Ia melanjutkan, di tengah kondisi saat ini upaya yang paling mungkin dilakukan yakni dengan menghormati kontrak yang telah dibuat dengan para investor. Sekalipun hendak melakukan perubahan, maka pemerintah perlu melakukan komunikasi dengan para investor.

"Daya saing harus ditingkatkan dan pemerintah seandainya menginginkan adanya perubahan kontrak maka sebaiknya di bicarakan lebih dahulu dengan investor," terang Marjolijn.

Sementara itu, Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai kondisi investasi migas tanah air memang tengah terpuruk. Berkaca dari yang terjadi di Masela, Komaidi menilai perlu ada pemberian Investment Rate Ratio (IRR) yang wajar

Baca Juga: Perluas penjualan produk, Pertamina dirikan satu unit Pertashop di Garut

"Jika masing-masing pihak saling bantu pasti ada jalan keluar. Meskipun tidak mudah. Kuncinya adalah memberikan IRR yang wajar untuk KKKS," ungkap Komaidi kepada Kontan.co.id, Senin (6/7).

Ia melanjutkan, baik Shell dan Inpex termasuk pemerintah harus mencari solusi dan mengesampingkan keinginan masing-masing dengan tujuan utama agar proyek tetap berjalan.




TERBARU

[X]
×